Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Vape dan Rokok Elektrik Bebas dari Penyakit Paru, Yakin?

KOMPAS.com - Sejauh ini vape atau rokok elektrik sering dianggap lebih aman dari rokok tradisional.

Tidak heran jika segelintir perokok aktif yang kemudian beralih ke vape dan rokok elektrik karena mengira bisa terbebas dari risiko penyakit paru hingga terbebas dari kecanduan merokok.

Padahal faktanya, di balik asap vape yang beraroma itu, terdapat juga beberapa risiko penyakit paru yang bahayanya sama seperti rokok tembakau. 

Fakta vape dan rokok elektrik memicu penyakit paru

Sejumlah penelitian menyebut, vape atau rokok elektrik juga dapat memicu efek yang bahayanya sama dengan rokok biasa.

Salah satu alasannya adalah vape juga dapat memicu kebiasaan vaping yang bikin pengisapnya ketagihan atau kecanduan.

"Kami telah mempelajari lebih banyak efeknya dan mulai melihat dampaknya mirip seperti rokok tradisional."

Demikian ungkap Dr. Ellen Rome, MD, MPH, spesialis pengobatan remaja seperti dilansir Cleveland Clinic.

Di sisi lain, dokter spesialis paru-paru, Dr Humberto Choi, MD juga punya pendapat yang sama.

Dia mengatakan, rokok elektrik dan vape bisa memicu masalah kesehatan yang kerap disebut EVALI.

EVALI merupakan sebutan untuk infeksi atau cedera paru yang diakibatkan oleh rokok elektrik dan sejenisnya.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, kasus EVALI ini menyebabkan lebih dari 2.800 pasien rawat inap dan 68 kematian di seluruh Amerika Serikat.

Pelacakan kasus tersebut sudah dipantau sejak 31 Maret 2019 hingga 18 Februari 2020.

Diketahui 15 persen dari mereka yang dirawat di rumah sakit karena EVALI masih berusia remaja.

Lebih dari separuh rawat inap itu mengakibatkan masalah pernapasan dan sebagian besar darinya masih berusia 24 tahun atau lebih muda.

Sebagian besar kasusnya pun melibatkan produk vaping yang mengandung tetrahydrocannabinol, atau THC, komponen psikoaktif utama dalam ganja.

CDC juga "sangat mengaitkan" vitamin E asetat dengan wabah tersebut. Vitamin E asetat adalah zat aditif dalam beberapa rokok elektrik THC yang bisa membuat pengisapnya kecanduan.

Meski jumlahnya menurun setelah wabah, EVALI masih menjadi risiko bagi pengguna rokok elektrik.

Cara vape merusak paru-paru?

Memahami penyebab kerusakan paru akibat vape dimulai dari reaksi tubuh saat terpapar asap dari alat tersebut.

Misalnya akibat asap yang dihasilkan dari proses pemanasan nikotin cair, bahan kimia, dan perasa untuk membuat aerosol yang dihirup.

Pada dasarnya, perangkat ini menciptakan kabut berisi partikel zat berbahaya yang dihirup dan masuk ke organ paru-paru.

Zat tersebut setelah diteliti memiliki kandungan logam berat seperti arsenik dan timbal, yang dapat disimpan secara permanen di dalam paru-paru manusia.

"Partikel-partikel ini dapat berpotensi mengiritasi paru-paru, menyebabkan peradangan dan penyempitan tabung tempat udara mengalir," papar Dr. Choi.

Dalam jangka pendek, beberapa penyakit paru yang diakibatkan oleh asap yang semacam itu adalah gangguan paru ringan seperti sesak napas dan batuk.

Sedangkan menghirup bahan kimia ini dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan sejumlah kerusakan permanen yang meliputi asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) hingga popcorn lung (saluran udara di paru mengecil sehingga membuat napas jadi lebih pendek.

Selain itu, nikotin yang terkandung di dalamnya merupakan zat aditif yang sarat dengan stimulan.

Fakta penelitian mengungkapkan beberapa rokok elektrik yang paling populer di pasaran memiliki kandungan nikotin hampir tiga kali lipat dari sebungkus rokok.

Stimulan pada dasarnya memperbaiki otak kita, membangun keinginan kuat untuk nikotin dan dorongan dopamin yang baik.

Tapi nikotin juga dapat mengganggu sistem neurotransmitter otak, terutama di kalangan pengguna muda.

"Hal ini dapat menyebabkan perubahan jangka panjang dalam perkembangan kognitif dan bahkan penurunan kemampuan memori," kata Dr Rome.

Selain itu, kadar nikotin dalam rokok elektrik dapat meningkatkan tekanan darah dan menambah tekanan pada jantung.

Berbagai bahan kimia dalam rokok elektrik juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.

Ada lagi dampak jangka panjang yang cukup mengkhawatirkan.

Menurut dokter Rome, paparan nikotin dari rokok elektrik dan vape juga dapat memicu kecanduan yang sulit untuk dilepaskan.

Dampak kecanduan vape ini pun tidak ada yang beda seperti kita kecanduan rokok tradisional.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/07/15/120000320/vape-dan-rokok-elektrik-bebas-dari-penyakit-paru-yakin-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke