Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apresiasi bagi Penenun Sulsel, Didi Budiardjo Angkat Koleksi Tenun Wajo

KOMPAS.com - Desainer fesyen senior, Didi Budiardjo menampilkan koleksi busana apik dengan sentuhan wastra tenun Wajo di runway JF3 Fashion Festival 2023.

Tenun Wajo merupakan hasil karya para penenun di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan yang termasuk sebagai daerah binaan baru di bawah naungan Cita Tenun Indonesia.

Pada peragaan busananya kali ini, koleksi "Ewako" dipresentasikan Didi dalam gelaran "Jalinan Lungsi Pakan 2023" sebagai bentuk apresiasi kepada para penenun.

Ia juga berharap, koleksi ini bisa menjadi semangat bagi para penenun agar terus berkarya dan meningkatkan mutu kain tenun yang dihasilkan.

"Koleksi ini diharapkan bisa memberikan semangat di Sulsel untuk dapat berkarya lebih baik lagi," kata Didi Budiardjo kepada Kompas.com di JF3 Fashion Festival 2023, baru-baru ini.

Kata "Ewako" dalam tema utama yang disuguhkan itu merupakan istilah populer yang akrab di telinga masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis dan Makassar.

"Ewako" juga kerap diutarakan sebagai ungkapan penyemangat dalam melakukan aktivitas agar kegiatan yang bersangkutan dapat berjalan dengan baik.

Dengan demikian, kata ini kerap dijadikan sebuah slogan atau terselip dalam yel-yel di tengah masyarakat.

Sekitar 10 looks busana wanita ditampilkan Didi Budiardjo dengan sentuhan tenun Wajo.

Beberapa koleksinya menunjukkan garis, motif dan pola tenun yang masih asli alias tidak ada perombakan yang signifikan.

Motif Lagossi, Balo Matettong, Balo Pucuk, Balo Lo'bang dan Lontaraq sebagai hasil kolaborasi dengan desainer tekstil Koesoemaningsih masih terlihat asri tanpa diubah komposisi motifnya.

Desainer yang sudah berkiprah di industri mode selama 33 tahun itu menuangkan tenun Wajo ke dalam siluet berupa dress, blazer, outer, celana palazzo, blouse hingga atasan sleeveless.

Cutting-nya sengaja dibuat untuk menyesuaikan tren fashion saat ini sehingga berbagai looks-nya dapat dengan mudah di mix and match dengan berbagai aksesoris hingga bawahan yang serasi.

Tidak ada permainan warna yang mencolok dalam koleksi Didi kali ini, karena setiap koleksinya didominasi oleh warna-warna monokrom seperti hitam, coklat, abu-abu hingga biru navy.

Setiap motif yang ditampilkan begitu terlihat dalam siluetnya sehingga tidak mengubah esensi dari tenun itu sendiri.

Ini bukanlah kali pertama Didi merancang busana bernuansa wastra.

Sebelumnya dia juga sempat mengikuti sejumlah mengikuti pelatihan di beberapa daerah binaan Cita Tenun Indonesia sebagai mitra kerja.

Kendati demikian, Didi tetap menemukan beberapa tantangan dalam merancang busana bernuansa tenun yang ternyata tidak mudah.

"Tenun itu dibuat dengan alat yang lebarnya terbatas. Kain yang dihasilkan juga paling hanya selebar 40 sampai 55 cm dan panjangnya 2,6 meter."

"Saya rasa itu adalah tantangan yang harus dijawab semua desainer dalam mengolah tenun," tambah Didi.

Selain ukuran kain yang memiliki keterbatasan, siluet serta cutting yang dibuat juga perlu dipertimbangkan.

Sebab menurut dia, kain wastra yang identik dengan material kasar harus disiasati agar pakaian itu dapat digunakan kapan pun dan tetap terasa nyaman.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/07/27/095937820/apresiasi-bagi-penenun-sulsel-didi-budiardjo-angkat-koleksi-tenun-wajo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke