Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Alasan Orang Melakukan Bullying, Salah Satunya Trauma

KOMPAS.com - Bullying atau perundungan adalah tindakan menyakiti orang lain secara berulang dengan maksud untuk mengendalikan, mengintimidasi, dan merusak orang lain.

Tindakan ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, termasuk siksaan verbal, serangan sosial, agresi fisik, dan ejekan, baik secara langsung maupun melalui media sosial atau internet secara luas.

Semua perilaku bullying dapat menimbulkan konsekuensi yang menyakitkan dan berlangsung lama yang bermanifestasi dalam kerusakan psikologis atau fisik.

Sayangnya, bullying bisa terjadi pada siapa saja. Mulai dari lingkungan pertemanan di sekolah, kantor, hingga keluarga.

Menurut data Pacer National Bullying Prevention Center, sekitar 20 persen siswa melaporkan telah diintimidasi, dengan alasan seperti dipanggil dengan sebutan yang tidak menyenangkan, menjadi bahan rumor atau intimidasi fisik.

Di Indonesia, hasil asesmen nasional Kemendikbudristek menemukan ada 24,4 persen siswa atau peserta didik berpotensi mengalami insiden perundungan di satuan pendidikan atau sekolah.

Sementara The Workplace Bullying Institute menemukan, 30 persen pekerja pernah secara langsung menghadapi perundungan di kantor dan 43,2 persen menghadapi perundungan saat bekerja dari jarak jauh.

Alasan orang melakukan bullying
Memahami betapa merusaknya dampak bullying terhadap orang lain, dapat dimengerti jika kita bertanya-tanya mengapa orang tega melakukan tindakan ini.

Dilansir dari laman Very Well Mind, berikut adalah beberapa alasan umum mengapa orang melakukan bullying.

1. Memiliki trauma emosional
Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan ungkapan, "orang yang disakiti akan menyakiti orang lain."

Meskipun trauma pribadi tidak memberikan alasan bagi siapa pun untuk menyakiti orang lain, terkadang hal itu dapat menjadi alasan mengapa orang melakukan bullying.

"Sering kali, mereka yang dengan sengaja berusaha mengintimidasi orang lain juga terluka karena pengalaman hidup mereka yang sulit," jelas seorang terapis dan pendiri Parenting Pathfinders, Michelle Felder, LCSW.

"Mereka tidak memiliki keterampilan mengatasi rasa sakit dengan cara yang sehat, sehingga mereka melampiaskan rasa sakit hati mereka pada orang lain," lanjutnya.

2. Merasa insecure
Setiap komunitas dapat memiliki tingkatan "status sosial" tertentu yang dapat mendorong orang dengan kecenderungan bullying untuk mengejek orang lain demi keuntungan sosial.

Mereka akhirnya merasa insecure dan merundung orang lain sebagai cara untuk menyesuaikan diri atau membuat diri mereka merasa lebih unggul.

"Kelompok dan keinginan untuk mendapatkan status sosial sering kali menjadi tempat berkembang biak bagi penindasan," kata psikoterapis, Limor Weinstein, MA, LMHC.

"Hal yang sama juga terjadi di tempat kerja. Kecemburuan dan keinginan untuk mencapai 'puncak' dapat mengarah pada sikap meremehkan orang lain, terutama di lingkungan kerja yang kompetitif," terangnya.

Bersikap kejam juga memiliki efek membuat orang lain memperlakukan kita dengan lebih baik karena mereka takut jadi target bullying. Pelaku mungkin menyadari hal ini (bahkan mungkin secara tidak sadar) dan memanfaatkannya.

3. Pernah menjadi korban bullying
Terkadang orang melakukan bullying karena mereka sendiri pernah menjadi korban.

Di satu sisi, mereka mungkin merasa bullying dapat melindungi mereka dari pengalaman yang sama.

"Beberapa orang mencoba untuk mendahului bullying yang mereka kira akan mereka alami dan melakukannya untuk melindungi diri mereka sendiri dengan menyerang terlebih dahulu," ungkap Felder.

"Ini adalah mekanisme pertahanan yang tidak sehat, namun merupakan pengalaman umum yang sering menjadi akar dari keputusan seseorang untuk melakukan bullying," jelasnya.

4. Perilaku yang dipelajari
Bullying juga merupakan perilaku yang dipelajari. Misalnya, jika seorang anak menyaksikan orang dewasa merundung orang lain, atau menjadi subjek bullying, maka mereka dapat mengulangi perilaku tersebut.

Di antara orang dewasa, bullying dapat menjadi bagian dari budaya yang toksik di tempat kerja atau di komunitas sosial lainnya, dan pada akhirnya diterima sebagai norma.

5. Memiliki keterampilan sosial yang buruk
Seseorang yang memilih untuk melakukan bullying juga memiliki keterampilan sosial yang terbatas atau sulit bergaul dengan orang lain secara umum.

Pada dasarnya, mereka tidak memiliki keterampilan untuk mengelola dan merespons situasi sosial yang tidak nyaman dengan cara yang sehat.

Sebagai contoh, mereka mungkin cemburu pada orang yang mereka targetkan, atau mereka mungkin merasa tidak mendapatkan perhatian yang mereka inginkan.

6. Merasa anonim
Bullying secara online telah meningkat selama bertahun-tahun karena kita makin sering menghabiskan waktu di dunia maya. Ranah digital memiliki daya tarik tambahan karena terlihat lebih anonim.

Weinstein mengatakan, pelaku bullying online sering kali agak terlepas dari aktivitas dunia maya mereka, bersembunyi di balik layar dan melepaskan sifat pengganggu dalam diri mereka. Hal ini bisa membuat mereka menjadi lebih kejam daripada saat mereka berhadapan langsung.

7. Kurang empati
Beberapa pelaku bullying tidak memiliki kepedulian, sehingga mereka tidak memiliki masalah untuk mendominasi, menyalahkan, mengintimidasi, atau memanfaatkan orang lain.

Dalam hal ini, mereka tidak mampu memahami pengalaman orang lain dan memahami bagaimana perilaku buruk mereka berdampak negatif pada orang lain.

"Mereka menargetkan orang yang lebih lemah dan menolak untuk mengakui dampak dari perilaku mereka. Mereka didorong oleh keinginan untuk berkuasa dan mendapatkan perhatian," kata Weinstein.

"Tidak peduli apa pun jenis penindas mereka, mereka tidak belajar untuk bersikap baik, berbelas kasih, atau hormat," terangnya.

Cara menghadapi bullying
Apa pun jenis bullying yang kita atau orang yang kita cintai alami, itu menyakitkan.

Berikut ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi bullying.

• Akui perilaku tersebut tidak dapat diterima
Langkah pertama dan paling penting adalah menyadari fakta penting perilaku bullying terjadi dan tidak dapat diterima.

• Jangan balas mem-bully
Bisa dimengerti jika kita ingin melawan tindakan bullying, tetapi membalasnya bukanlah solusi. Hal ini hanya akan memuaskan pelaku yang bisa menjadi sangat berbahaya.

Bahkan, penelitian menunjukkan, melawan tindakan bullying dapat memperburuk keadaan.

• Memberitahu seseorang
Entah itu guru, atasan, rekan kerja, orangtua, atau teman, beritahukanlah kepada orang lain mengenai situasi tersebut. Mereka dapat membantu mengintervensi dan mengadvokasi kita atau orang yang di-bully.

• Minta pertanggungjawaban
Sampaikan secara langsung tentang dampak yang ditimbulkan oleh pelaku bullying terhadap kita atau orang yang kita cintai.

Jelaskan secara spesifik apa yang menjadi masalah, jelaskan hal tersebut tidak dapat diterima dan berikan kesempatan kepada pelaku bullying untuk melakukan perubahan.

• Diskusikan masalah bullying dengan anak
Anak-anak yang lebih kecil tahu bullying itu menyakitkan, tetapi mereka mungkin tidak menyadari itu tidak normal atau tidak apa-apa.

Felder mengatakan, akan sangat membantu bagi orangtua dan pengasuh untuk berbicara dengan anak-anak tentang cara mengidentifikasi bullying, bagaimana bereaksi terhadapnya, dan bagaimana membantu orang lain yang dirundung.

Selain itu, beritahukan kepada anak kalau mereka tidak boleh mem-bully orang lain karena penelitian menunjukkan, tindakan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental atau fisik korban.

• Bersama dengan teman yang aman
Ketika berhadapan dengan pelaku bullying yang tak henti-hentinya, akan sangat membantu jika kita berada di dekat orang lain yang kita percayai.

Mereka tidak hanya dapat membantu mengintervensi dan bertindak sebagai saksi, tetapi juga dapat menghalangi pelaku bullying secara umum.

• Ketahuilah bullying bukan tentang kita
Orang yang di-bully mungkin merasa ada yang salah dengan dirinya dan itulah sebabnya mereka di-bully. Masalahnya selalu ada pada orang yang melakukan bullying, bukan pada orang yang di-bully.

• Hindari bereaksi dan menjauhlah jika memungkinkan
Orang sering melakukan bullying untuk bisa mengendalikan orang lain karena reaksi yang ditimbulkan oleh perilaku mereka. Jangan bereaksi terhadap perilaku tersebut dan menjauh, maka kita dapat menghilangkan rasa kendali mereka.

• Meminimalkan risiko berpapasan dengan pelaku bullying
Carilah cara agar kita dapat meminimalkan atau menghindari kontak dengan pelaku bullying. 

• Berlatihlah menggunakan bahasa tubuh yang kuat
Penelitian menunjukkan, orang cenderung merasa lebih percaya diri dan berdaya ketika mereka berdiri tegak, melebarkan bahu, berdiri dengan kaki terbuka, membusungkan dada, dan mengangkat dagu.

Orang-orang yang suka melakukan bullying cenderung merasa lebih terintimidasi oleh orang yang terlihat lebih percaya diri.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/08/25/151241020/7-alasan-orang-melakukan-bullying-salah-satunya-trauma

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke