Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menggambar Membantu Mengatasi Kecemasan dan Kurang Percaya Diri

AKTIVITAS menggambar merupakan kegiatan sederhana yang dapat digunakan guna membantu individu mengatasi masalah psikologis. Kegiatan sederhana ini dapat dijadikan sarana yang layak bagi banyak orang.

Contoh kasus berikut ini menunjukkan bagaimana proses menggambar membantu individu mengatasi rasa cemas dan kurang percaya diri yang selama ini ia alami akibat pengaruh pendidikan keluarga yang cenderung terlalu ketat.

Individu yang bersangkutan (VJ) adalah seorang perempuan berusia 24 tahun 9 bulan, sarjana akuntansi yang mengeluh sering merasa cemas dan kurang percaya diri terutama ketika harus melakukan presentasi di hadapan sesama staf kantor.

Ia cemas jika menghadapi sanggahan dari orang lain dan tidak mampu memberi respons atau jawaban yang layak dan sesuai harapan.

Kondisi ini dirasakan amat mengganggu karena ia seringkali berkeringat dingin dan merasa tegang dalam presentasi, dan akhir-akhir ini bahkan disertai rasa mual dan sakit perut.

Kondisi yang dialami VJ menunjukkan simtom kecemasan, dan lebih spesifiknya jenis kecemasan sosial yang dikenal dengan Social Anxiety Disorder (SAD).

Respons kecemasan yang muncul akan semakin meningkat jika individu berhadapan dengan lingkungan sosial (ADAA, 2019; Cuncic, 2019).

Melalui perangkat evaluasi psikologi STAI (State Trait Anxiety Inventory) yang dikembangkan oleh Spielberger (1972), respons VJ menunjukkan skor kecemasan bawaan 41, dan kecemasan sesaat 49, dan nilai ini menunjukkan ia memiliki tingkat kecemasan tinggi.

Menurut paparan VJ, selaku anak perempuan pertama dari dua bersaudara, aturan yang diberlakukan orangtuanya jauh lebih ketat dibandingkan pada adik laki-lakinya.

Adik laki-lakinya lebih bebas memilih, sementara pilihan VJ lebih ditentukan oleh orangtua, terutama oleh ayahnya.

Adiknya dapat memilih minatnya sendiri, sementara minat VJ dalam arsitektur harus padam karena tidak disetujui orangtua.

VJ mengikuti pendidikan akuntasi atas pilihan ayahnya; ia juga tidak diperkenankan bekerja terlalu jauh dari rumah, dan aktivitasnya sehari-hari hanya bekerja dan pulang ke rumah.

Secara umum ia amat jarang mengikuti kegiatan sosial, karena sejak kecil dibiasakan dengan aturan ketat untuk pergi sekolah dan segera pulang ke rumah usai sekolah.

Ia merasa terlalu sering dibandingkan dengan orang lain (teman maupun anggota keluarga) oleh orangtua dan dinilai kurang memenuhi harapan orangtua. Kondisi seperti ini boleh jadi merupakan landasan kecenderungan kecemasan sosial yang ia alami.

Aktivitas menggambar sebagai salah satu pendekatan Art Therapy diberikan pada VJ dengan ragam pertimbangan:

  1. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas sederhana yang tidak membutuhkan keterampilan tertentu
  2. Dapat berlangsung dalam suasana santai
  3. Lebih bersifat ekspresif dan bukan evaluatif (individu bebas berekspresi tanpa harus memenuhi standar nilai atau kualitas hasil tertentu)
  4. Berlangsung dalam rentang waktu relatif pendek per sesi sehingga tidak melelahkan
  5. Individu dapat langsung memperoleh umpan balik dari hasil proyeksi visualnya (gambar) (AATA, 2017; BAAT, 2019; Good Therapy, 2016).

Pendekatan aktivitas menggambar model Ganim (2013) dipilih dengan alasan:

  1. Relatif mudah dan sederhana
  2. Melibatkan aktivitas komunikasi verbal dan umpan balik langsung guna memperoleh insight
  3. Mengintegrasikan impresi fisik dan psikis melalui proyeksi visual serta metafora dan analog (misalnya membayangkan rasa sakit seperti apa dan di bagian tubuh yang mana)
  4. Meningkatkan kewaspadaan diskiriminasi pengalaman, persepsi, dan impresi (kesan) (misalnya apa, di mana pengalaman berlangsung, apa yang dirasakan, apa yang digambarkan)
  5. Mengarahkan transformasi melalui langkah konkret (misalnya memproyeksikan langkah dan tindakan yang perlu ditempuh guna mengubah impresi pengalaman psikologis dari yang kurang nyaman menjadi lebih nyaman).

Keseluruhan proses berlangsung enam sesi dan masing-masing sesi berlangsung sekitar 90 menit.

Aktivitas menggambar

Pada sesi I usai pembentukan rapport, VJ diminta menggambar bebas dan ia menggambar bunga matahari dengan amat rinci.

VJ menggunakan pensil untuk menggambar kontur kelopak, daun dan batang bunga kemudian dengan menggunakan spidol mengisi dengan warna bunga kuning dan jingga serta hijau untuk daun dan batang bunga.

Ia juga menggambar rinci putik dan benang sari bunga. Ia merasa puas, namun menyatakan amat lelah.

Ketika diminta menuliskan perasaan yang sering ia alami, ia menuliskan kata “gugup”, lalu ia menggambar dua telapak tangan dengan crayon coklat dan menyertakan gambar butir keringat berwarna biru serta menjelaskan pengalaman yang sering dialami di hadapan sosial ketika tangannya berkeringat.

Dalam sesi II di minggu berikutnya, VJ belajar menggunakan pewarna cat dengan menggunakan kuas guna mengurangi kecenderungan terlalu mengkontrol (overcontrolling) jika menggunakan pensil dan spidol.

Ia melukiskan secara skematis bentuk mata dan gigi yang tersenyum dengan menyertakan gambar kawat gigi.

Ia menyadari giginya tak tumbuh rapih dan kawat gigi membantunya untuk lebih percaya diri, walau pada kenyataannya ia sering merasa cemas.

Sesi III berlangsung dua tahap. Dalam tahap pertama, VJ menggambar emosi negatif yang ia alami dan secara skematis. Ia menggambar tiga notasi titik hitam merefleksikan dua orang bergunjing membicarakan seorang lainnya.

Ia menjelaskan boleh jadi orang-orang membicarakan dirinya, tapi boleh jadi juga ia sendiri yang merasa menjadi obyek gosip, padahal orang lain belum tentu membicarakan dirinya.

Dalam tahap kedua, VJ diminta mengubah emosi negatif menjadi positif sesuai harapannya, dan ia menggambarkan balon udara berwarna warni serta beberapa sosok silhouette yang sedang menikmati suasana menyenangkan.

Sessi IV pada minggu berikutnya mencakup tiga tahapan. Memasuki sesi ini VJ melaporkan bahwa kondisinya agak membaik dan tidak secemas seperti sebelumnya.

Tahap pertama menggambarkan gejala fisik yang ia rasakan dan ia menggambarkan minuman latte dingin yang merefleksikan rasa dingin. Semula terasa manis, namun lama kelamaan semakin dingin, mengembun dan rasa manis kian berkurang dan tersisa esnya.

Tahap kedua melukiskan seandainya ia memiliki gagasan menyembuhkan diri. Ia menggambarkan kincir angin yang membuat merasa dirinya lebih tenang dihembus angin sejuk disertai nafas lega. Ia mengatakan langkah itu bisa dilakukan dengan belajar “mindfulness”.

Tahap ketiga menggambarkan refleksi “sembuh (healing)” yang mungkin berpeluang ia alami. Pada tahap ini ia menggambarkan festival lampion yang diterbangkan ke angkasa, di mana banyak orang bergembira menyaksikan kegiatan yang menyenangkan.

Dalam sesi V pada minggu selanjutnya yang diarahkan guna mengubah pola pikir, VJ menggambarkan “ice cream cone”.

Gambar tersebut merefleksikan perubahan es batu dingin yang dihancurkan dan diubah menjadi es krim.

VJ menjelaskan bahwa es tetap bersifat dingin, tetapi tidak lagi terasa tawar melainkan menjadi es krim yang manis apalagi disertai rasa “salted caramel”.

VJ menggunakan tema tersebut sebagai metafora menghancurkan pengalaman negatif yang selama ini ia rasakan dan mengubahnya menjadi pengalaman positif menyenangkan.

Ia menyatakan bahwa sejak sesi ke IV, ia merasakan menjadi lebih baik menghadapi tantangan untuk melakukan presentasi di hadapan publik dan saat ini kondisinya dirasakan kian membaik.

Sesi ke VI adalah sesi penutup yang dilangsungkan seminggu setelah sesi V. Ia menggambarkan tema “bianglala” (Ferris Wheel) dengan lima gondola di taman bunga dengan langit cerah.

VJ menjelaskan bahwa boleh jadi orang lain juga pernah merasakan hal serupa dengan yang ia rasakan seperti ada rasa gamang. Namun biasanya di dalam gondola individu itu tidak sendiri; sehingga tentu senantiasa ada orang lain yang dapat membantu.

VJ beroleh insight bahwa pandangan orang lain mungkin tidak terlalu buruk terhadap dirinya, sebaliknya dirinyalah yang mengembangkan perasaan cemas itu sendiri.

Oleh karenanya, jika individu dapat lebih memahami kondisi sesungguhnya dan beroleh insight, ia akan lebih mampu mengatasi gejolak kecemasannya.

Guna membandingkan dengan kondisi kecemasan sebelum dan sesudah menjalani aktivitas menggambar, VJ kembali mengisi kuesioner evaluasi STAI (Spielberger, 1972) dan hasilnya menunjukkan skor 27, baik pada kecemasan bawaan maupun kecemasan sesaat (sebelumnya adalah 41 dan 49).

Skor ini menunjukkan bahwa VJ mengalami penurunan skor sebesar 14 pada kecemasan bawaan dan 22 pada kecemasan sesaat.

Artinya, kegiatan menggambar tersebut memengaruhi VJ untuk lebih mampu mengatasi kecemasan sosialnya, khususnya ketika harus melakukan presentasi di hadapan publik.

Bahkan kegiatan tersebut juga mampu mereduksi kecemasan bawaan cukup besar (14).

Jadi secara umum, aktivitas menggambar seperti tersebut di atas dapat membantu VJ mengatasi kecemasan sosialnya, dan kondisi tersebut secara otomatis membuat lebih percaya diri ketika harus melakukan presentasi.

Kasus ini hanya merupakan salah satu contoh bagaimana aktivitas menggambar dapat membantu individu mengatasi kecemasan sosial.

Selama proses menggambar ia melakukan aktivitas intrapersonal, yaitu berkomunikasi dengan diri sendiri guna memperoleh insight.

Secara bertahap ia menyadari adanya kemungkinan salah persepsi menganggap orang lain menilainya secara negatif, padahal ia sendirilah yang kurang memiliki percaya diri.

Melalui proses intrapersonal yang diproyeksikan secara visual tersebut ia dapat beroleh umpan balik untuk lebih menyadari pentingnya memberdayakan diri melalui pengubahan persepsi dari negatif menjadi positif.

Melalui proses menggambar tersebut, ia lebih menyadari akan pentingnya mengembangkan persepsi positif guna mengatasi kecemasan dan sekaligus meningkatkan rasa percaya diri.

Kasus ini diharapkan dapat dijadikan contoh bahwa aktivitas sederhana seperti menggambar memiliki dampak terapeutik bagi individu dalam mengatasi masalah kecemasan dan rasa kurang percaya diri.

*Ivana Kamilie, Mahasiswa S2 Psikologi UNTAR
Monty P. Satiadarma, Dosen Psikologi UNTAR

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/11/121703820/menggambar-membantu-mengatasi-kecemasan-dan-kurang-percaya-diri

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke