Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tanda-tanda Kecemasan Meningkat, Jangan Diabaikan

KOMPAS.com - Dalam hidup, kita tidak terlepas dari perasaan takut, khawatir, ataupun stres. Banyak dari kita juga kerap merasakan kecemasan yang sesungguhnya merupakan hal normal dalam hidup.

Tapi ada juga sebagian orang yang merasakan kecemasan lebih dari yang lain. Hal itu disebut sebagai gangguan kecemasan (anxiety disorder).

Lalu bagaimana cara membedakan bahwa kita sedang merasa cemas biasa atau memiliki gangguan kecemasan?

Psikoterapis Natacha Duke, MA, RP, mengungkapkan bahwa itu semua tergantung pada frekuensi dan tingkat kecemasan yang kita alami.

Kapan kecemasan menjadi sesuatu yang harus dikhawatirkan?

Kita semua tentu merasakan cemas dalam tingkatan tertentu ketika dihadapkan dengan ancaman, entah nyata ataupun hanya persepsi kita masing-masing, yang akan memicu adrenalin untuk melawan atau lari demi keselamatan diri sendiri.

Ancaman yang muncul karena persepsi sering kali terasa seperti ancaman terhadap kondisi kita meskipun sebenarnya tidak ada bahaya yang nyata.

Namun walau ancaman ini hanya pikiran, ia bisa terasa cukup nyata jika membuat kita gelisah dan memicu perasaan cemas. Dalam situasi ini, kita mungkin merasakan beberapa tanda kecemasan seperti:

· Jantung berdebar kencang

· Tiba-tiba berkeringat

· Rasa tidak nyaman di perut

· Mual dan muntah

· Ketegangan otot

Selain tanda-tanda yang telah disebutkan, kita juga mungkin dapat mengalami gejala seperti:

· Perasaan tidak tenang

· Kelelahan

· Kesulitan fokus

· Mudah tersinggung dan perubahan suasana hati

· Tidak bisa tidur dan gangguan tidur lainnya

Setiap orang pastinya memiliki gejala masing-masing yang mungkin berbeda dari yang lain tergantung dari tingkat stres-nya. Kita dapat mengalami tanda-tanda kecemasan secara fisik atau mental dan emosional, dan terkadang, bahkan semuanya sekaligus dalam waktu bersamaan.

Kunci utama untuk mengetahui kapan kecemasan kita perlu ditangani adalah dengan mengetahui bagaimana hal itu muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Disini, Duke membagi perasaan cemas menjadi gangguan kecemasan yang umum dengan berbagai gejala yaitu:

a. Gangguan panik. Kita mungkin akan merasakan serangan kepanikan yang ditandai dengan jantung berdebar kencang, sesak napas atau terengah-engah

b. Fobia. Kecemasanmu bisa muncul karena fobia atau ketakutan mendalam mengenai hal tertentu yang menyebabkan mual, berkeringat atau gemetar

c. Gangguan obsesif-kompulsif. Kita mungkin merasa ketakutan yang intens dan tiba-tiba sehingga memicu reaksi fisik yang parah. Seperti, misalnya, ketika kita takut pada kuman, kita melakukan ritual tertentu seperti membasuh tangan hingga beberapa menit.

d. Gangguan stres pascatrauma (PTSD). Kecemasan dapat muncul karena trauma yang pernah kita alami di masa lalu dan terkadang hal ini terjadi dengan pemicu tertentu yang mengingatkan kita akan kejadian tersebut. Umumnya PTSD muncul dengan gejala serangan panik atau gejala yang lebih umum seperti masalah tidur, ketegangan otot, atau kekhawatiran terus-menerus.

e. Kecemasan umum. Kecemasan yang terus-menerus dan tidak dipicu oleh penyebab tertentu menjadi ciri jenis kecemasan ini. Kita mungkin mengalami salah satu gejala di atas kapan saja.

Kapan harus mencari bantuan

Duke mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat membantu membedakan rasa cemas normal dengan gangguan kecemasan klinis sehingga bisa ditangani dengan tepat. Diantaranya adalah:

1. Intensitas. Apakah kecemasan itu menyebabkan ketidaknyamanan yang parah atau gejala yang tidak dapat ditoleransi? Apakah kamu kesulitan menangani gejala-gejala tersebut ketika muncul?

2. Frekuensi. Apakah kamu menyadari lebih sering merasa cemas?

3. Durasi. Apakah gejala yang kamu alami tidak hanya menimbulkan kecemasan? Misalnya, saat stres karena ujian, apakah stres itu bertahan sepanjang hari atau bahkan hingga keesokan harinya? Atau apakah kamu cemas tentang segala hal dan tidak bisa memikirkan apa pun sepanjang waktu?

4. Interferensi. Apakah kecemasan mengurangi kemampuanmu untuk bekerja atau melakukan tugas lain?

5. Pemicu. Apakah ada pemicu yang membuat kamu merasa tidak dapat melakukan apapun? Apakah kamu memiliki begitu banyak pemicu sehingga takut meninggalkan rumah atau mengemudi di jalan raya?

6. Mempengaruhi seluruh kehidupanmu. Pertimbangkan bagaimana kecemasan memengaruhi kehidupan, seperti pekerjaan, hubungan, dan kebiasaan tidur. Bagaimana jadinya hidup jika rasa cemas itu hilang? Apakah akan berbeda secara signifikan?

“Kita benar-benar harus memikirkan seberapa besar pengaruh kecemasan tersebut terhadap kehidupan,” kata Duke.

Jika kita mengalami gejala kecemasan yang terus-menerus mengganggu atau membuat aktivitas sehari-hari menjadi lebih sulit, serta memengaruhi kemampuan untuk melakukan hal-hal hingga enam bulan, kita harus berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan atau terapis tentang kemungkinan mengalami gangguan kecemasan.

Proses pengobatan

Jika memutuskan untuk mencari pengobatan, kita dapat memulainya dengan menemui dokter dan psikiater. Kebanyakan dokter dapat membantu mengetahui seberapa parah kecemasan dan mereka kemudian mungkin akan merekomendasikan pengobatan, terapi, atau keduanya.

Dua jenis obat dapat membantu mengatasi gejalanya adalah:

· Harian: kita dapat mengonsumsi beberapa obat secara rutin untuk mencegah kecemasan secara keseluruhan.

· Sesuai kebutuhan: kita dapat minum obat hanya ketika kambuh untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap momen tertentu yang memicu kecemasan. Hal ini mungkin paling membantu untuk mengelola gejala fisik kecemasan seperti ketegangan otot, mual, dan sakit perut pada saat hal itu terjadi.

Penyedia layanan kesehatan mungkin juga akan merujuk kamu ke psikiater, yang dapat membantu mengelola pengobatan.

Duke menyampaikan bahwa sesungguhnya mengombinasikan pengobatan dan terapi sangatlah efektif dalam mengurangi kecemasan karena terapis akan menggunakan terapi perilaku kognitif yang membantu kita memahami bagaimana rasa cemas muncul dan mempelajari strategi penanganan ketika kambuh.

“Kita mungkin tidak memerlukan pengobatan atau terapi seumur hidup,” kata Duke. “Tetapi mengatasi masalah ini penting karena terkadang kecemasan bisa bertambah buruk seiring berjalannya waktu jika tidak ditangani.”

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/09/18/054928020/tanda-tanda-kecemasan-meningkat-jangan-diabaikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke