Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gara-gara FOMO, 4 dari 5 Orang Berisiko Kena Tipu Belanja Online

KOMPAS.com - Perilaku fear of missing out (FOMO) digambarkan dengan perasaan ketakutan atau kecemasan seseorang ketika melewatkan sesuatu yang sedang populer.

Munculnya tren ini ternyata turut mengubah dan memengaruhi perilaku seseorang, tak terkecuali pada kebiasaan belanja online, hingga meningkatkan risiko penipuan saat berbelanja.

Meningkatnya tren tersebut di tengah masyarakat saat ini, PT Global Digital Niaga Tbk (‘Blibli’ atau ‘Perseroan’; kode saham BEI: ‘BELI’) menganalisanya sebagai salah satu faktor penyebab semakin tingginya ancaman dan risiko penipuan online.

Bahkan menurut eksperimen yang digagas Blibli, Vomoshop, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Asosiasi Ecommerce Indonesia-idEA, para pemilik merek, media massa dan komunitas, 4 dari 5 orang Indonesia berpotensi terkena penipuan gara-gara FOMO.

Eksperimen sosial tersebut bertujuan mengukur potensi penipuan yang dialami masyarakat Indonesia, sekaligus melakukan edukasi literasi berbelanja online yang aman lewat seruan #IngatVOMO. 

Kampanye itu yang merupakan akronim dari Verifikasi, Observasi, Mudah Akses Info dan Ofisial rekening platform untuk transaksi online-nya.

Untuk mengetahui seberapa jauh literasi digital dan kesadaran diri masyarakat dalam menjaga keamanan saat belanja online, eksperimen sosial ini menyertakan rangkaian aksi.

Mulai dari iklan digital dengan penawaran harga tidak masuk akal pada situs web Vomoshop.com dan mengajak masyarakat untuk checkout dengan informasi transaksi ke rekening pribadi yang tidak resmi.

Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan, lebih dari 63 ribu visitor merespons dengan mengakses situs.

Sejumlah fakta menarik ditemukan, di antaranya warga Jakarta menjadi jawara korban FOMO dan perempuan menjadi yang paling FOMO kala belanja online.

Dari segi demografi usia, warga usia 25-34 tahun menjadi yang paling mudah terpancing mengunjungi situs, disusul warga usia 18-24 tahun.

Kebanyakan dari mereka dihadapkan pada pilihan checkout produk yang diminati, dan 4 dari 5 warga ternyata memutuskan checkout belanja, membuktikan mayoritas warga masih rentan terjebak penipuan online akibat FOMO.

Yang tak kalah menarik, hasil kolaborasi bersama sebuah akun Instagram bernama @ecommurz, biggest tech workers community mengungkap sebanyak 1 dari 2 followers yang terpapar konten yang dibagikan kemudian mengunjungi situs Vomoshop dan berujung pada segera checkout produk incaran.

Hal ini menunjukkan, tipu-tipu online dapat terjadi pada siapa pun, termasuk mereka yang dipandang tech savvy.

Lebih jauh lagi, temuan ini mengajak para influencer agar bertanggung jawab mengecek kebenaran konten yang dibagikan kepada pengikutnya.

Melansir penilaian berdasarkan Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM), skor Indonesia pada tahun 2022 sebesar 64,48 dari skala 1-100.

Angka tersebut dinilai masih perlu ditingkatkan dan terus menjadi isu nasional yang butuh perhatian dari berbagai pihak.

"Apa yang dilakukan oleh Blibli sejalan dengan upaya kami dalam memperkuat pilar-pilar literasi digital, yang salah satunya adalah digital safety."

"Upaya tersebut berguna meningkatkan kesadaran perlindungan dan keamanan data diri, sehingga masyarakat Indonesia bisa lebih cermat dan bijak dalam berbelanja online di era transformasi digital saat ini."

Demikian kata Septriana Tangkary, Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Kemenkominfo RI dalam keterangan persnya yang diterima Kompas.com.

Akibat perilaku FOMO ditemukan pula beberapa produk yang membuat masyarakat "hilang kendali" saat berbelanja online.

Barang-barang itu meliputi elektronik rumah tangga, TV, vacuum cleaner dan hair dryer kekinian, disusul dengan produk gaming.

Banting harga fantastis menjadi alasan utama warga tergiur untuk checkout, terlihat dari 2 dari 3 visitor tergiur checkout laptop gaming seharga Rp 30 juta yang dibanting menjadi Rp 8 juta.

Bahkan tingkat ke-FOMO-an warga melonjak nyaris 80 persen dengan tambahan embel-embel berlaku ‘cuma hari ini aja’ pada materi iklan.

Ada pun dari 7 persen visitor yang lebih berhati-hati mengungkap dua alasan utama mereka mantap tidak checkout, yakni tidak yakin produk yang ditawarkan orisinal dan tokonya dipandang tidak meyakinkan.

Mengingat tujuan eksperimen sosial ini adalah edukasi, situs pun dirancang sedemikian rupa untuk tidak meminta data pribadi pengunjung dan tanpa ada pembayaran yang dilakukan, yang mana perjalanan pengunjung ketika checkout berakhir di laman edukasi #IngatVOMO.

"Indonesia sedang menghadapi lonjakan kejahatan siber terlihat dari hampir 1,6 miliar traffic anomalies per Desember 2022 dengan potensi kerugian mencapai Rp 14,2 triliun."

"Tentunya kejahatan siber ini perlu menjadi perhatian bersama dan perlu sinergi para pelaku industri dalam menangani dan meningkatkan edukasi publik terhadap bahayanya."

Begitulah kata Edit Prima, Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata.

Di sisi lain, Bima Laga, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) mengungkapkan, setelah melihat data itu, pasar digital Indonesia ternyata masih sangat membutuhkan edukasi lebih lanjut untuk mengurangi kejadian tipu-tipu online.

"Bagaimana bersikap bijak saat berbelanja secara daring, sekaligus mampu berpikir kritis ketika menemukan kejanggalan yang berpotensi menimbulkan kerugian," jelasnya.

Berdasarkan data simulasi Vomoshop, sebanyak 71 persen korban FOMO sudah mengetahui bahaya transaksi ke rekening pribadi namun tetap dilakukan.

Oleh karena itu, sebagai upaya menghentikan sekaligus menangkal risiko menjadi korban penipuan online yang dipicu FOMO, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penipuan online itu adalah sebagai berikut 

  • Verifikasi

Cara ini meliputi memilih marketplace terkenal yang diunduh secara resmi melalui Google atau App Store dan memiliki rating lebih dari 4.

  • Observasi

Selalu baca deskripsi produk dengan detail, pastikan harga ditawarkan wajar, serta memiliki kebijakan purna jual yang jelas juga garansi retur.

  • Mudah akses info

Saat belanja online, disarankan untuk melihat lagi fitur layanan pelanggan 24/7, dengan kemudahan pemilihan serta lacak pengiriman dan terakhir.

  • Ofisial

Transaksi pembayaran hanya dilakukan lewat platform, bukan rekening pribadi mitra seller.

Dalam hal ini, Edward Kilian S., Chief of Marketing Officer, Blibli menambahkan, beberapa cara tersebut dinilai menjadi upaya pencegahan yang cukup efektif untuk mencegah kejadian penipuan saat belanja online.

"Edukasi ini untuk bisa memberikan dampak lebih terutama dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih cermat dan keamanan saat berbelanja," ungkapnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/05/180452920/gara-gara-fomo-4-dari-5-orang-berisiko-kena-tipu-belanja-online

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke