Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perubahan Kepadatan Payudara Bisa Pengaruhi Risiko Kanker

Payudara yang padat terdiri dari jumlah jaringan serat atau kelenjar yang lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan lemak, yang menciptakan lebih banyak area putih pada gambar mamogram —dengan warna yang sama dengan tumor, saat dilakukan pemeriksaan mamografi.

Namun, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa kepadatan payudara dan risiko kanker bisa berbeda.

Karena kebanyakan wanita tidak menjalani mamografi sebelum usia 40 tahun, para ahli belum tahu banyak tentang kepadatan payudara sebelum usia tersebut.

Yang mereka ketahui pasti adalah payudara secara alamiah kehilangan kepadatannya setelah menopause, tetapi kecepatan kehilangannya berbeda-beda pada setiap orang.

Studi baru yang dilakukan oleh peneliti dan pakar pencitraan payudara, Dr.Debbie Bennett mengungkapkan, kedua payudara dapat kehilangan kepadatannya dengan kecepatan yang berbeda-beda, yang dapat mengubah cara memahami risiko kanker.

"Biasanya ketika kita berbicara tentang jaringan payudara yang padat dan menjadi faktor risiko untuk mengembangkan kanker, kita berbicara tentang kedua payudara secara bersamaan," katanya.

"Namun, yang kami temukan adalah perbedaan dalam hal perubahan kepadatan dari waktu ke waktu pada payudara secara individual," jelas Dr Bennett.

Perubahan kepadatan di antara masing-masing payudara

Para peneliti menyimpulkan bahwa semakin lambat payudara kehilangan kepadatan, semakin lama orang tersebut memiliki risiko tinggi terkena kanker payudara.

Mereka juga menemukan hal yang lebih baru: Bahwa kepadatan di antara payudara dapat berbeda.

Studi ini menemukan bahwa jika satu payudara kehilangan kepadatan lebih lambat dibandingkan dengan yang lain, maka payudara tersebut lebih mungkin mengalami perkembangan kanker.

Kesimpulan tersebut dihasilkan dari studi yang melibatkan hampir 1.000 wanita yang melakukan mamografi setiap satu hingga dua tahun sekali selama 10 tahun. Usia rata-rata para peserta studi sekitar 57 tahun.

National Cancer Institute memperkirakan, sekitar 50 persen wanita memiliki payudara yang padat.

Memahami bagaimana kepadatan berubah tidak hanya antar orang, tetapi juga antar payudara, dapat membantu ahli radiologi dan ahli onkologi untuk menemukan kanker payudara pada tahap awal, sehingga kanker lebih mudah diobati.

"Kita berpotensi menandai bahwa ada sesuatu yang tidak beres sebelum muncul pada mammogram jika salah satu payudara tidak kehilangan kepadatan secepat yang lain," ungkap Dr Bennett.

"Banyak faktor yang memengaruhi kepadatan, termasuk termasuk menyusui, kehamilan, terapi hormon, serta perubahan berat badan yang cepat," tambahnya.

Rekomendasi skrining tambahan

Dr Leung, yang tidak terlibat dalam studi, mengatakan bahwa pembacaan mammogram bersifat subjektif, karena tenaga kesehatan yang membaca hasil pemindaian dan membuat penilaian tentang apakah jaringannya padat atau tidak.

Mammogram masih merupakan alat skrining yang sangat efektif dan tetap menjadi alat skrining yang paling penting dalam deteksi kanker payudara rutin.

Namun, bagaimana pun juga, memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kepadatan payudara dapat membantu dokter menentukan pasien mana yang dapat memperoleh manfaat dari skrining tambahan, biasanya dengan USG.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/11/183039320/perubahan-kepadatan-payudara-bisa-pengaruhi-risiko-kanker

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke