Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyebab Mata Juling dan Cara Mengatasinya

KOMPAS.com - Dalam kesibukan sehari-hari, seringkali kita melupakan betapa pentingnya menjaga kesehatan mata. Padahal mata, sebagai salah satu organ, memainkan peran sentral dalam memahami dunia di sekitar kita.

Banyak langkah telah diambil untuk menyosialisasikan masalah umum mata seperti rabun dekat atau jauh, serta katarak. Namun, di tengah upaya tersebut, seringkali penyakit mata seperti strabismus dan mata malas (lazy eyes) luput dari sorotan.

Padahal, kondisi-kondisi ini dapat berdampak serius pada kualitas penglihatan dan kehidupan sehari-hari. Mari kita kupas lebih dalam tentang isu-isu kesehatan mata yang mungkin belum mendapat perhatian yang seharusnya.

Apa itu strabismus?

Strabismus atau kerap disebut mata juling, adalah suatu kondisi di mana mata tidak sejajar atau tidak bergerak bersama-sama secara normal. Hal ini terjadi karena kelainan pada otot-otot mata atau gangguan pada saraf yang mengontrol gerakan mata.

Sebagai akibatnya, mata tidak dapat fokus pada objek yang sama dan seringkali salah satu mata akan melihat objek di satu arah, sedangkan mata yang lainnya melihat objek di arah yang berbeda.

Tidak sedikit yang menganggap penyakit strabismus ini sebagai kondisi mata yang tidak serius. Mungkin di beberapa kasus memang begitu, tapi ada pula yang berdampak serius pada kehidupan seseorang.

Strabismus sendiri ternyata memiliki prevalensi mencapai 1,93 persen secara global, melibatkan lebih dari 148 juta individu!

Dr. Gusti G. Suardana, dokter Subspesialis Konsultan Strabismus JEC Eye Hospitals & Clinics menyebutkan bahwa tidak jarang terdapat prasangka, ketidakpahaman, dan perlakuan negatif terhadap penyandang strabismus akibat stigma yang keliru, sehingga meningkatkan tekanan psikologis yang mereka alami.

Dampak strabismus ini pun tidak hanya sebatas pada aspek psikologis, seperti yang sudah disebutkan, tapi juga bisa menciptakan masalah serius lainnya, seperti ambliopia.

Ambliopia atau yang lebih dikenal sebagai mata malas, merupakan kondisi penurunan penglihatan pada salah satu mata akibat gangguan perkembangan fungsi penglihatan pada masa pertumbuhan.

Ambliopia sendiri tidak hanya sekadar mengganggu aktivitas sehari-hari, tapi bisa menghadirkan tantangan nyata dengan risiko mencapai 50-73 persen. “Sekitar 90 persen penderita ambliopia disebabkan oleh strabismus,” kata dr. Gusti dalam media session di Jakarta, Sabtu (14/10/2023).

Penyebab Strabismus

Strabismus adalah kondisi di mana mata tidak bisa secara bersamaan fokus pada satu objek. Penyebab strabismus dapat bervariasi, tetapi ada beberapa faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya kondisi ini.

Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi

  • kelemahan otot mata,
  • ketidakseimbangan otot mata,
  • gangguan sistem saraf,
  • masalah refraksi (seperti miopi atau hipermetropi),
  • kelainan pembuluh darah di mata,
  • trauma atau cedera pada mata,
  • faktor genetik.

Penyebab strabismus ini dapat terjadi sejak lahir atau dapat pula berkembang seiring pertumbuhan dan perkembangan anak.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, DR. dr. Feti Karfiati Memed, SpM(K), MKes selaku Ketua Indonesian Pediatric Ophthalmology and Strabismus Society (INAPOSS) memberikan penjelasan.

“Tuhan menciptakan mata itu dua dan kedua mata itu harus bisa bekerja sama untuk bisa membentuk bayangan tunggal. Kalau mata bekerja sendiri-sendiri, maka akan terbentuk dua bayangan,” ujarnya.

Dr. Feti juga memperingatkan bahwa ketidakmampuan seseorang untuk mengukur jarak ataupun kedalaman, serta gagal mengenali objek tiga dimensi, dapat menjadi tanda-tanda bahwa seseorang memiliki strabismus.

“Kalau anak mudah jatuh ketika turun tangga atau tidak bisa mengenali lubang di jalan dan menganggapnya datar, kemungkinan dua mata tidak bekerja sama dengan baik. Atau ketika anak diajak nonton 3D dan sang anak hanya diam sementara yang lain teriak-teriak, kemungkinan fungsi 3D nya rusak yang bisa saja menjadi tanda-tanda juling,” Jelas dr. Feti.

Mata juling sendiri memiliki dua tipe yaitu mata juling manifes dan laten. Mata juling manifes adalah kondisi dimana mata juling terlihat jelas, sedangkan tipe laten merupakan mata juling tersembunyi yang hanya muncul ketika seseorang merasa lelah, mengantuk, atau tidak fokus.

Untuk operasi mata juling, membutuhkan waktu sekitar satu bulan dimulai dari screening hingga pemulihan total.

Risiko kemunculan mata juling kembali pasca-operasi pun tergantung pada kondisi mata dari masing-masing pasien sehingga bisa dikatakan bahwa operasi mata juling tidak bisa sepenuhnya menjamin masalah yang sama tidak akan muncul lagi.

“Bila seseorang tidak memiliki kondisi mata malas (ambliopia) dan hanya mengalami mata juling, maka dengan operasi, kondisi mata juling tidak akan muncul lagi karena dua mata akan kerjasama,” Jelas dr. Feti ketika ditanyai mengenai risiko kembalinya kondisi mata juling pasca-operasi.

Dia juga menambahkan bahwa bila satu mata masih mendominasi mata lain, yang berarti seseorang memiliki kondisi ambliopia pada salah satu mata, maka akan ada risiko kembalinya mata juling.

Uniknya, disebutkan bahwa virtual reality (VR) dapat membantu kondisi mata malas pasca operasi mata juling karena akan memaksa kedua mata untuk bekerja bersama. Namun perlu diperhatikan bahwa penggunaan VR dibatasi hingga 20 menit dalam satu hari agar tidak menimbulkan kondisi penyakit mata lainnya.

Sementara terapi mata juling tanpa operasi, salah satunya dapat dilakukan dengan kacamata korektif. “Ada yang beberapa bulan bisa sembuh, tapi ada juga yang tahunan baru sembuh,” kata Dr Feti.

Upaya mengurangi kondisi mata juling di Indonesia

Menanggapi kondisi mata juling yang ternyata masih banyak ditemukan di Indonesia serta memperingati World Sight Day yang jatuh pada setiap tanggal 12 Oktober, JEC Eye Hospitals and Clinics melakukan langkah nyata dengan melanjutkan program “Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC”.

Program yang pertama kali digagas tahun 2022 ini menjadi inisiatif sosial perdana di Indonesia yang secara khusus fokus pada penanganan mata juling.

Tahun ini, kegiatan tersebut diadakan di RS Mata JEC @ Menteng dari tanggal 1 hingga 31 Oktober 2023.

Inisiatif ‘Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC’ ini mendapat dukungan penuh dari seluruh jajaran komisaris, direksi, dan karyawan JEC Eye Hospitals & Clinics salah satunya adalah Dr. Darwan M. Purba, Co-Founder PT NSD/JEC Eye Hospitals and Clinics yang menyumbangkan dana sebesar Rp 150.000.000 untuk mendukung seluruh proses, mulai dari pemeriksaan hingga pemulihan pasien.

Program ini tidak hanya memberikan tindakan operasi mata juling secara gratis, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kondisi mata juling dan risikonya terhadap ambliopia.

“Kami bertekad melanjutkan ‘Bakti Sosial Operasi Mata Juling JEC’ guna mengukuhkan kepedulian JEC dalam membantu masyarakat penyandang strabismus terutama dari kalangan membutuhkan, agar bisa mendapatkan kembali kualitas hidup mereka,” ucap Dr. Referano Agustiawan, SpM(K) selaku Direktur Utama RS Mata JEC @ Menteng.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/17/125746020/penyebab-mata-juling-dan-cara-mengatasinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke