Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Psikologis Orang Gemari Film Horor, Picu Rasa Senang di Otak

Kisah setan, hantu, pembunuh berantai, dan misteri yang menakutkan dan penuh kengerian memang kerap hadir menjelang perayaan Halloween.

Herannya, fim-film tersebut selalu laris manis diburu para penonton.

Apa yang membuatnya film horor begitu menarik? Mengapa ada orang yang sengaja ingin ditakuti dan rela membayar tiket bioskop untuk itu?

Alasan psikologis banyak orang menyukai film horor

Ternyata, ada banyak alasan psikologis dan ilmiah yang membuat orang menyukai rasa takut.

Menonton film horor menjadi salah satu pemicu rasa takut tersebut sehingga otak menghasilkan sensasi menyenangkan bagi mereka.

Memicu kesenangan di otak

Rasa takut dipicu oleh amigdalam, kelompok neuron yang terletak di pusat otak, lalu menstimulasi hipotalamus.

Proses tersebut memicu sistem saraf simpatik dan sistem adrenal kemudian mengirimkan adrenalin dan endorfin ke seluruh tubuh kita.

Kondisi ini diartikan sebagai aktivitas fisik yang memicu denyut jantung dan napas meningkat serta mengirim lebih banyak oksigen ke otak.

Dampak lainnya, kadar glukosa dalam darah naik lalu kita merasa lebih kuat dan waspada, sensasi yang membuat sejumlah orang merasa 'lebih hidup'.

Namun tidak semua jenis rasa takut diciptakan sama dalam hal dampaknya di otak dan tubuh.

Ada perbedaan besar antara rasa takut yang dirasakan saat ancaman itu nyata dan saat kita tahu bahwa itu tidak nyata, seperti film.

“Ada sesuatu yang menyenangkan dari rasa takut dan memacu adrenalin sekaligus mengetahui bahwa kita aman,” ujar psikolog, Robi Ludwig, PsyD,.

Serangkaian penelitian di Aarhus University, Denmark menyatakan kita tertarik pada film horor, dokumenter kriminal dan konten menakutkan lainnya karena membuat kita seakan sedang belajar mempersiapkan diri dan mendapatkan pengalaman baru.

Kita mungkin juga tertarik pada ketakutan dan kengerian karena alasan evolusi.

“Manusia, secara umum, dibangun untuk tertarik dan waspada terhadap situasi yang berpotensi berbahaya,” terang peneliti Universitas Aarhus Coltan Scrivner.

“Kita penasaran dengan ancaman yang ada di lingkungan kita. Jadi, setiap kali kita mendapat petunjuk bahwa mungkin ada informasi tentang bahaya di luar sana, mekanisme perhatian dalam pikiran kita akan aktif dan membimbing kita menuju informasi tersebut.”

Memungkinkan kita terlibat dengan emosi negatif dan tabu

Ketertarikan kita pada horor, khususnya, bisa jadi gambaran kondisi jiwa kita.

Menurut Dr. Ludwig, salah satu pemicu utamanya adalah cerita horor itu memungkinkan kita untuk terlibat dengan aspek-aspek yang ditekan dan tabu dalam diri.

“Ada sesuatu yang sangat menggetarkan saat melihat seseorang bertindak secara primitif, karena ini adalah pikiran dan perasaan yang dimiliki kebanyakan orang,” jelasnya.

"Itu mungkin hanya khayalan tentang kemampuan untuk menyakiti seseorang dan merasa sangat berkuasa dan tidak rentan."

Nonton film horor juga bisa menjadi cara untuk memproses dan mengatasi emosi yang biasanya kita tekan dalam kehidupan sehari-hari.

“Rasa takut mengunci Anda pada saat itu. Ini adalah gangguan dari kesibukan yang mungkin kita miliki dalam hidup, terutama jika itu untuk tujuan hiburan,” kata Dr. Ludwig.

Dalam taraf yang baik, ketakutan kadang membuat kita keluar dari perasaan tertekan.

Misalnya, menyaksikan korban Saw mengalami penyiksaan menjadi pengingat bahwa hidup kita tidak terlalu buruk.

Faktor komunal

Ada juga orang yang menggemari film horor karena pengalamannya ketakutan bersama yang menyenangkan bersama teman, keluarga atau penonton lainnya.

Ada sensasi menyenangkan saat menutup mata bersama, berteriak ketakutan atau serempak terkejut di bioskop.

Hal ini menciptakan perasaan komunal dan terhubung, yang kadang kala jarang kita dapatkan dalam keseharian normal.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/24/132821120/alasan-psikologis-orang-gemari-film-horor-picu-rasa-senang-di-otak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke