Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Ibu Maudy Ayunda Pindahkan Sekolah Anaknya karena Harus Menghafal Nama Kecamatan

Ia menempuh pendidikan sarjana di Universitas Oxford, Inggris lalu melanjukan S2 di Universitas Stanford yang merupakan kampus terbaik nomor dua di dunia.

Tak main-main, pelantun "Perahu Kertas" itu bahkan lulus dengan gelar ganda sekaligus, di jurusan bisnis dan pendidikan.

Padahal perempuan kelahiran 1994 itu juga sempat diterima di Universitas Harvard meskipun tak jadi diambil.

Dalam berbagai wawancara, Maudy kerap menyebut pengaruh orangtuanya yang membangkitkan minatnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin.

Cerita ibu Maudy Ayunda pilihkan sekolah untuk anaknya

Di sisi lain, sejumlah warganet menilai prestasi akademik Maudy Ayunda sebenarnya tidak terlalu istimewa.

Hal ini tak lain karena riwayat bintang Losmen Bu Broto itu bersekolah di sekolah international di Jakarta, yang kurikulumnya lebih unggul dan uang sekolahnya jelas jauh lebih mahal.

Jadi wajar saja jika ia akhirnya diterima di berbagai univeritas kelas dunia itu.

Seakan menjawab hal tersebut, ibu Maudy Ayunda, Muren Murdjoko, berbagi cerita soal pengalamannya memilih sekolah anaknya via unggahan Instagram.

Kisahnya itu dibagikan tahun 2021 tapi kembali viral di media sosial da jadi bahasan warganet.

Muren menjelaskan, anaknya sebenarnya sempat TK dan SD di sekolah dengan kurikulum nasional tapi ia kecewa karena anaknya diminta menghafal nama kecamatan di Jakarta.

"Sy kecewa atas materi pembelajaran kala itu , dimn murid diminta menghapal nama2 kecamatan di Jkt, & materi2 hapalan lain yg sy anggap krng tepat. Sejak itu, ad sj materi belajar anak2 yg mbuat sy tdk nyaman," tulisnya.

Ia sempat menjelajah beberapa SD dan mengintip proses belajar mengajarnya sampai akhirnya mendapatkan sekolah yang pas di hati.

"Hingga suatu hari, sy mendptkan 1 SD berkurikulum Nasional Plus, yg terbilang msh baru, & bahkan anak sy baru akan mjadi angkatan ke 2 disekolah itu & bermurid hnya 9 org per kelas," tulisnya.

Menurutnya, sekolah itu tidak besar dan minim fasilitas tapi muridnya terlihat santun meskipun bicara dalam bahasa asing.

Selain itu, ia mengeklaim, gurunya juga terlihat dekat dengan murid sehingga kegiatan belajar terlihat menyenangkan dan bersemangat.

Ia lalu mengajak Maudy Ayunda kecil mengikuti trial dan hasilnya positif karena anak sulungnya itu ingin segera pindah ke sekolah itu.

Padahal, bocah itu agak kesulitan dalam proses belajarnya karena belum fasih berbahasa Inggris.

"Namun dasarnya pejuang tangguh, & penyuka tantangan, anakku menyakinkan sy saat itu, bahwa ia siap menerima tantangan hrs belajar bahasa baru," ujar Muren.

Maudy Ayunda akhirnya pindah ke sekolah dengan kurikulum internasional itu di kelas 2 SD sampai lulus SMP.

Jual mobil untuk bayar uang sekolah

Muren mengaku sempat bimbang soal biaya saat anak sulungnya akan masuk SMA.

Namun, setelah berdiskusi dengan anaknya, diputuskan Maudy akan bersekolah di SMA British School Jakarta, yang juga mengaplikasikan kurikulum internasional dan terkenal mahal.

"Keputusannya pun diambil dari hasil pertimbangan & diskusi panjang, bareng anak2. "Bayar sekolah nya pakai uang aku aja ma," kata sulungku yg saat itu sdh punya tabungan sendiri," ujar Muren.

Tak tega, ia lalu membuat pengorbanan dengan menjual mobil untuk membayar uang sekolah sehingga anaknya harus naik bus setiap hari.

"Selama SMA kubiarkan anak2 naik bis jemputan sekolah setiap hari dari Bintaro ke kemang," katanya.

Mode transportasi itu membuat Maudy Ayunda dan adiknya harus pergi sekolah lebih pagi dan pulang lebih malam.

Namun, Muren menilai, pengalaman yang cukup berat itu nyatanya berbuah manis dengan prestasi anak=anaknya.

"Apakah harus Sekolah International?? Tentu tidak. Tapi kalau keputusan yg diambil tersebut berbuah lebih banyak pembelajaran kehidupan, layak diperjuangkan bukan ???" pungkasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/31/071400320/cerita-ibu-maudy-ayunda-pindahkan-sekolah-anaknya-karena-harus-menghafal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke