Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

"Mansplaining", Ketika Perempuan Diremehkan Laki-laki

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Meski isu kesetaraan gender santer diperbincangkan, nyatanya masih banyak kasus perempuan yang direndahkan oleh laki-laki. Salah satunya melalui mansplaining.

Dalam siniar Anyaman Jiwa episode “Mansplaining Buat Perempuan Merasa Rendah” dengan tautan s.id/AnJiwMansplaining, dikatakan bahwa mansplaining pun kerap membuat perempuan merasa rendah dan menguatkan relasi kuasa antar kedua jenis kelamin ini.

Apa itu mansplaining?

Mengutip SHRM, mansplaining adalah suatu tindakan yang digunakan laki-laki untuk merendahkan dan meremehkan perempuan karena menganggap dirinya jauh lebih unggul. Tak jarang, mereka menggurui perempuan karena dianggap tak lebih pintar.

Berbeda dengan pelecehan, mansplaining ini banyak tak disadari oleh laki-laki karena penggunaan bahasa dan kalimat yang lebih ‘halus’. Alhasil, tindakan ini pun sering dianggap sebagai hal yang wajar dan sepele.

Sebenarnya, tindakan ini sudah lama muncul, bahkan saat isu-isu kesetaraan digaungkan. Namun, pada 2008, sebuah esai berjudul “Men Explain Things to Me; Facts Didn't Get in the Way” yang ditulis oleh Rebecca Solnit mempopulerkan fenomena laki-laki yang merendahkan perempuan.

Meski tak secara gamblang istilah ini muncul dalam esai Solnit, namun mansplaining mulai muncul seiring dengan semakin terkenalnya karya tersebut di kalangan feminis. Tepatnya, istilah ini muncul secara resmi dalam kamus Merriam-Webster.

Menurut Jessica McCall, PhD., seorang profesor bahasa Inggris di Delaware Valley University, mansplaining terjadi ketika seorang laki-laki berperilaku sebagai “si paling tahu” saat menjelaskan sesuatu kepada perempuan dengan asumsi bahwa mereka lebih kompeten.

Misalnya, saat berdebat, laki-laki tak pernah mau argumennya dibantah. Akan tetapi, ia justru selalu mengkritik opini yang dilontarkan pihak perempuan.

Tanda-tanda seseorang mansplainer

Seseorang yang merupakan mansplainer biasanya tak merasa bahwa tindakannya ini bersifat merendahkan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui tanda-tanda umumnya.

Pertama, mereka bersikap dominan dalam segi percakapan atau komunikasi. Hal ini bisa terlihat dari gestur tubuh mereka yang merendahkan dan tak mau bertanya lebih lanjut terhadap opini lawan bicaranya.

Kedua, mereka sering kali mengabaikan opini lawan bicara yang merupakan perempuan. Misalnya, saat pekerja perempuan memberikan kritik, mereka enggan menerimanya dan menolak mentah-mentah tanpa pertimbangan.

Ketiga, pelaku mansplaining kerap berbicara dengan kasar. Komunikasi bersama mansplainer, yang memiliki ego tinggi, tak akan berjalan dengan lancar. Hal ini karena pilihan kata dan nada bicara mereka terkesan arogan dan merendahkan.

Keempat, pelaku ini juga dapat dikategorikan sebagai misoginis. Terlebih, jika mereka bukan fokus pada isu permasalahan melainkan hal lain. Seperti, menyalahkan perempuan yang menjadi korban pelecehan atau tindak kekerasan karena keluar malam atau pakaian yang terbuka.

Bahkan, mereka juga bisa memojokkan perempuan karena alasan pribadi. Misalnya karena ia pernah ditolak oleh perempuan berhijab, ia pun jadi merendahkan para perempuan dengan ciri-ciri serupa.

Tindakan mansplaining adalah kekerasan yang tak banyak orang sadari. Padahal, jika dinormalisasi, perilaku ini sangat merugikan pihak perempuan. Hal ini karena seberapa keras mereka berbicara, mereka pun akan dibungkam.

Dengarkan narasi lengkapnya terkait fenomena mansplaining melalui siniar Anyaman Jiwa episode “Mansplaining Buat Perempuan Merasa Rendah” dengan tautan s.id/AnJiwMansplaining.

Akses sekarang juga playlist YouTube Medio by KG Media untuk mendapat informasi lebih banyak seputar kesehatan mental yang bisa menunjang kehidupan sosial, karier, hingga romansamu.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/11/07/060000420/-mansplaining-ketika-perempuan-diremehkan-laki-laki

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke