Kita membeli barang bukan karena membutuhkannya tapi akibat tergoda tren, harga, FOMO dan faktor lainnya.
Pola tersebut berulang sehingga tanpa disadari menjadi gejala kecanduan belanja yang membahayakan.
Kristin Roelofson, MSW, LSW, terapis asal Pittsburgh menilai, kecanduan belanja impulsiif adalah keluhan yang paling meresahkan.
"Ketika keuangan pribadi seseorang habis dan orang tersebut mencari pinjaman, memohon untuk meminjam uang dari orang lain, mencuri uang tunai atau kartu kredit, menjual barang-barang rumah tangga, melakukan perilaku berbahaya untuk mendapatkan uang, atau mencuri barang," terangnya, dikutip dari Health.
6 tanda kecanduan belanja impulsif
Roelofson mengatakan gejala kecanduan belanja bisa dilihat dari sejumlah perilaku, yakni:
“Kemunculan kecanduan belanja kemungkinan besar terjadi pada individu yang menunjukkan empat atau lebih indikator yang disebutkan di atas,” jelas Roelofson.
Kecanduan belanja dikenal pula sebagai compulsive buying disorder (CBD) alias gangguan pembelian kompulsif.
Ditandai dengan empat tahap yang terjadi sebelum, selama, dan setelah kita berbelanja.
Tahap pertama adalah antisipasi yang membuat kita sibuk mencari atau melakukan sesuatu yang spesifik sebelum belanja.
Tahap kedua adalah persiapan, misalnya merencanakan pengalaman berbelanja pribadi, termasuk meneliti barang tertentu, mencari harga jual, dan membandingkannya secara online vs offline.
Berikutnya, tahap belanja sesungguhnya yang dinilai bisa memberikan kebahagiaan.
Tahap terakhir adalah proses setelah belanja, termasuk menunggu barang dikirim.
“Pembeli mungkin mengalami kegembiraan dalam mengantisipasi menerima barang baru yang dibeli,” ujar Roelofson.
"Dan/atau kekecewaan pada barang yang dibeli sehingga belanja lagi," tambahnya.
Cara membatasi kecenderungan belanja impulsif
Kecenderungan belanja berlebihan, impusif atau tidak, sebaiknya memang dikurangi.
Roelofson menawarkan beberapa taktik untuk mengekang keinginan belanja, yang sering kali tak tertahankan itu, antara lain:
“Penting untuk melakukan upaya ini dengan sungguh-sungguh dan konsisten,” kata Roelofson.
Pasalnya, mudah sekali untuk terjebak pada kebiasaan lama jika kita tidak berusaha keras.
Agar terhindar dari FOMO belanja, cobalah membuat daftar keinginan.
Misalnya dengan memasukkan barang yang dibutuhkan dalam keranjang belanja sehingga bisa dibeli saat tiba waktunya.
Kadang kala, perasaan untuk segera belanja akan berlalu saat kita menundanya.
“Biarkan emosi Anda mereda sebelum Anda memutuskan,” kata Roelofson.
https://lifestyle.kompas.com/read/2023/12/13/072100520/awas-kecenderungan-belanja-impulsif-bisa-jadi-tanda-kecanduan