Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertemuan Leon dan Rinoa, Tidak Peka akan Trauma Korban Kekerasan

KOMPAS.com - Kasus penganiayaan Leon Dozan terhadap Rinoa Aurora berakhir damai.

Putra Willy Dozan dan Betharia Sonata itu akhirnya terbebas dari penjara karena Riona mencabut laporannya.

Namun, momen rekonsiliasi mantan pasangan  itu kembali menuai perhatian publik.

Pasalnya, Rinoa, yang merupakan korban, dipaksa duduk berdampingan dan bersalaman dengan Leon, yang pernah menganiayanya.

Sejumlah warganet berpendapat, perjumpaan tersebut sangat tidak sensitif dengan trauma yang mungkin dirasakan Rinoa terhadap laki-laki yang pernah jadi kekasihnya itu.

Perjumpaan Leon dan Rinoa, tidak peka terhadap trauma korban kekerasan

Kekerasan domestik adalah situasi yang sangat pelik karena melibatkan luka fisik, emosional dan mental.

Pelaku umumnya adalah orang terdekat yang tidak seharusnya malah memberikan perlindungan bukannya menganiaya, seperti kasus Leon Dozan ini.

Korban perlu mendapatkan dukungan yang tepat, salah satunya dengan tidak memaksakan proses apa pun kepada mereka, termasuk memaafkan pelaku.

Psikolog Lucia Peppy Novianti, M. Psi., menilai perjumpaan Leon dan Rinoa sebenarnya bukan hal yang etis maupun bijaksana.

"Para prinsipnya, secara psikologis, menurut saya tidak bijak tapi tidak tahu ya apakah ini sudah ada izin, penjelasan atau permintaan kepada korban sebelumnya atau tidak," ujarnya kepada Kompas.com.

Sebenarnya, interaksi semacam ini harus didasarkan pada prinsip izin yang diberikan oleh kedua belah pihak.

Namun dalam konteks kasus kekerasan domestik, ada banyak faktor lainnya yang harus dipertimbangkan, tambah Lucia.

"Misalnya korban sudah bilang oke, kita lihat lagi bagaimana oke ini, apakah bersedia dan membolehkan itu dalam kondisi penuh tekanan atau tidak," terangnya.

"Andai pun korban sudah didampingi, sudah diproses kasusnya, sebetulnya ya bukan hanya tidak bijak tapi enggak etis juga," tandas psikolog jebolan Universitas Gadjah Mada ini.

Orangtua perlu lebih bijak

Dalam perjalanannya, keterlibatan orangtua sangat berpengaruh dalam kasus kekerasan yang dilakukan Leon.

Namun dalam situasi ini, orangtua harus lebih bijaksana memilih ucapan maupun perilakunya.

Ucapan Willy Dozan, misalnya, yang menyebut Rinoa sebagai sosok yang sensitif sehingga terkesan mengecilkan penderitaan korban, juga kurang pas.

"Kalau dalam konteks umum dan kemanusiaan sebenarnya kurang pas karena itu memang rekonsiliasi tapi masih dalam situasi yang membuat korban tidak nyaman," ujar Lucia.

Apalagi jika korban memang cenderung lebih peka sehingga proses penyembuhan trauma biasanya akan lebih sulit, panjang dan lama.

Mengidentifikasi trauma korban seharusnya dilakukan profesional, bukan orang lain, apalagi orangtua pelaku.

"Secara psikologis ini menjadi perilaku tidak empatis," tandas Lucia.

"Akan lebih baik tidak memberikan penilaian dan argumentasi, terutama karena posisinya adalah orangtua pelaku," tambahnya.

Sebaliknya, orangtua pelaku harus mampu membela anaknya tanpa menghilangkan unsur mendidik.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/12/13/154942520/pertemuan-leon-dan-rinoa-tidak-peka-akan-trauma-korban-kekerasan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke