Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sering Diabaikan, Kenali 6 Ciri Wajah Orang Stres

KOMPAS.com - Semua orang pernah merasa stres dari waktu ke waktu.

Pada tingkat tertentu, stres sebaiknya tidak dibiarkan berlarut karena dapat meningkatkan risiko depresi dan berdampak negatif pada sistem kekebalan tubuh. 

Tak hanya itu, stres juga dapat menyebabkan kulit wajahmu terdampak. Mulai dari kulit kering, keriput, hingga jerawat. 

Pasalnya, melansir laman Healthline, Selasa (9/4/2024), stres akan menghasilkan hormon sehingga menyebabkan perubahan fisiologis yang berdampak negatif pada kulit.

  • 6 Manfaat Mandi Air Hangat, Bisa Kurangi Stres
  • Stres Finansial Meningkat di Sejumlah Negara, Ini Penyebabnya

Terdapat enam ciri wajah yang terdapat pada orang stres yang harus kamu kenali. Apa saja?

Ciri-ciri wajah orang stres

Ciri-ciri ini tak selalu mengacu pada stres. Namun, mereka yang mengalami stres sangat mungkin menunjukkan ciri-ciri fisik ini:

Dilansir dari Healthline, saat seseorang merasa stres, maka tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon kortisol. 

Kortisol dalam hal ini menyebabkan bagian otak yang dikenal sebagai hipotalamus untuk memproduksi hormon yang disebut hormon pelepasan kortikotropin (CRH). 

CRH ini diduga akan memicu pelepasan minyak dari kelenjar sebaceous di sekitar folikel rambut dan menyumbat pori-pori, sehingga menyebabkan jerawat. 

Kantung mata sebetulnya menjadi lebih umum terjadi saat bertambahnya usia atau penuaan karena otot pendukung di sekitar mata melemah. 

Namun, penelitian menemukan bahwa stres yang disebabkan kurang tidur akan meningkatkan tanda-tanda penuaan. 

Beberapa di antaranya adalah garis halus, berkurangnya elastisitas, dan pigmentasi yang tidak merata di sekitar bawah mata. 

Selain itu, stres juga dapat menyebabkan aliran darah ke organ utama, ditambah kapiler di bawah amta menjadi rapuh dan pecah karena stres membuat wajah kamu terlihat pucat dan lelah. 

Akibatnya, lingkaran hitam di bawah mata tampak lebih jelas. 

Stratum korneum adalah lapisan terluar kulit yang mengandung protein dan lipid.

Lapisan ini memainkan peran penting dalam menjaga sel-sel kulit tetap terhidrasi.  

Dalam hal ini, stres dapat merusaknya. Jika stratum korneum tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka kulit bisa menjadi kering bahkan gatal. 

Stres berpotensi melemahkan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan yang melemah dapat menyebabkan ketidakseimbangan bakteri di usus dan kulit, yang dikenal sebagai dysbiosis. 

Stres diketahui memicu atau memperburuk beberapa kondisi yang dapat menyebabkan ruam atau kulit meradang, seperti psoriasis, eksim, dan dermatitis kontak. 

Stres menyebabkan perubahan pada protein-protein di kulit dan mengurangi elastisitasnya. 

Kehilangan elastisitas ini dapat berkontribusi pada pembentukan keriput.

Selain itu, stres juga dapat menyebabkan berulang kali mengernyitkan kening, sehingga dapat berkontribusi pula pada pembentukan keriput. 

Sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Nature menemukan bahwa aktivitas saraf simpatik dari stres dapat menyebabkan sel induk yang menciptakan melanosit menghilang. 

Begitu sel-sel ini menghilang, sel-sel baru kehilangan warnanya dan berubah menjadi abu-abu.

Stres kronis juga dapat mengganggu siklus pertumbuhan rambut,sehingga menyebabkan kondisi yang disebut telogen effluvium. Telogen effluvium menyebabkan jumlah rambut yang rontok lebih dari biasanya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2024/04/09/131300420/sering-diabaikan-kenali-6-ciri-wajah-orang-stres

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke