Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiat Memilih Pengasuh Balita yang Baik

Kompas.com - 24/04/2009, 16:35 WIB

Idealnya pramubalita harus mempunyai dua modal utama yaitu, mempunyai rasa kasih sayang (asih) terhadap balita yang diasuhnya, dan mempunyai pengetahuan serta ketrampilan bermain dengan balita untuk merangsang atau menstimulasi perkembangan balita yang diasuhnya. "Ini sebenarnya merupakan peran keluarga (ayah dan ibu) dalam mengasuh balitanya. Tetapi bagi keluarga yang suami-istri bekerja, terpaksa peran ini dilimpahkan pada pramubalitanya ketika ayah dan ibu tidak ada di rumah," ujarnya.

Sayangnya pada umumnya kursus-kursus pramubalita tidak mampu memberi pengetahuan dan ketrampilan asih dan asah atau stimulasi tersebut kepada pramubalita sehingga mereka umumnya hanya trampil dalam memandikan, menceboki, memberi makan, menggendong dan mencuci pakaian balita.

Pramubalita harus sabar, penuh kasih sayang dan konsisten dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan balita, sehingga menimbulkan rasa nyaman dan aman kepada balita, sehingga balita merasa percaya kepada lingkungannya, berani mengeksplorasi lingkungan, serta bera ni mencoba melakukan berbagai kegiatan. Hal ini akan menimbulkan percaya diri pada balita yang merupakan landasan penting bagi pengembangan emosi sosial serta keberanian berkreasi di kemudian hari.

Pramubalita yang sering menakut-nakuti, mengancam, memarahi, memaki apalagi menghukum, mencubit atau memukul balita yang diasuhnya maka dapat diadukan karena perlakuan salah atau kekerasan pada anak, sehingga balitanya akan jadi pencemas, merasa tidak aman, penakut, tidak percaya diri . Hal ini akan mengganggu perkembangan emosi-sosial di kemudian hari dan tidak mempunyai keberanian untuk bereksperimen. Bahkan balita yang sering mengalami kekerasan kelak sesudah dewasa cenderung akan melakukan kekerasan pula pada anak-anaknya.

Selain itu pramubalita harus mengetahui cara bermain dengan anak untuk merangsang perkembangan berbicara, berpikir (kecerdasan), keberanian meniru, mencoba, menyusun, merangkai, memecahkan masalah, duduk, berdiri, berjalan, berlari, meloncat, melempar, menggambar, tenggang rasa, berbagi, kemandirian dll. Umumnya kursus pramubalita tidak mampu memberi pengetahuan dan pelatihan tentang hal ini.

Sikap dan perilaku

Perilaku balita awalnya bersumber dari refleks-refleks alamiah, dan berkembang lebih kompleks dengan mendengar, melihat, mencoba, menirukan lalu bereksperimen. Bilamana pramubalita sehari-hari berbicara baik, berperilaku baik, memberi contoh-hal-hal baik, mendorong balita untuk mencoba, memberi pujian bila berhasil, tak banyak membatasi, melarang atau mengancam, tidak memarahi, memaki, menghukum, mencubit dan tidak memukul, maka balita juga akan berkembang jadi anak baik.

Namun bilamana sehari-hari pramubalita sering berbicara kasar, kotor, tidak etis, maka tanpa disadari balita akan banyak meniru kata-kata itu. Bila sehari-hari pramubalita sering melakukan sesuatu yang berbahaya di depan balita, misalnya mengorek telinga, mengiris dengan pisau, menggunting, mengutak-utik stop kontak listrik, atau lalai ketika menyeterika, menggoreng, meletakkan air panas, maka balita akan menirukan perilaku pengasuhnya sehingga dapat menimbulkan kecelakaan dan cedera pada balita.

Bila pramubalita banyak melarang, membatasi, tidak memberi kesempatan balita untuk mencoba atau berkreasi, apalagi sering memarahi, mengancam, mencubit atau memukul maka balita tidak punya percaya diri, pencemas, penakut sehingga tidak mempunyai keberanian mengembangkan ide dan kreativitas di kemudian hari. "Karena itu, sikap dan perilaku dari pramubalita ikut menentukan kualitas generasi mendatang," ujar Soedjatmiko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com