Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasi Jamblang, Daun Jati Dan Seabrek Lauk

Kompas.com - 15/02/2010, 14:17 WIB

"Dulunya para pedagang disini mangkalnya di areal kolam renang (Grage Mal_Red). Kalau di sini ramainya siang dan malam hari. Biasanya para penjaga toko dan pekerja malam cari makan di sini," ujar Titin Kartini (57). Untuk mempersiapkan semua lauk pauk, ia mempekerjakan empat tukang masak. Selain Titin, anak pertamanya pun turut membuka warung yang sama disebelahnya.

Percaya konsumen

Tidak mudah memasak bermacam lauk dalam sehari, apalagi dengan permintaan yang begitu banyak. Untuk itu di Warung Mang Dul diterapkan sistem masak dalam dua shift. Pada pagi hari masak mulai pukul 09.00-19.00, lalu malam hari masak mulai pukul 19.00-07.00. Untuk itu ada enam juru masak yang membantunya.

"Memang kami masak tidak pernah berhenti. Karena selain untuk di sini, kami masih punya empat outlet lagi yang ada di aal," jelasnya.

Meski permintaan banyak, namun tidak membuat Umar sembarangan memasak makanan. Ia mengaku, sangat ketat dalam pengawasan makanan."Jangan sampai pelanggan komplain, karena kita hanya memikirkan kejar setoran. Kalau seperti ini kami bisa ditinggal pelanggan," kata anak keempat dari lima bersaudara ini.

Untuk memenuhi kebutuhan daun jati, persediaan didatangkan dari daerah Majalengka atau Subang, karena di sana terdapat hutan produktif  jati. Untuk menjaga kesegaran daun tersebut,  daun jati harus baru setiap hari. Yang dipilih adalah daun jadi berusia dua minggu, yang masih lentur sehingga tidak robek saat digunakan sebagai bungkus nasi.

Setiap hari Umar memasak satu kuintal beras sedangkan di akhir pekan kalau akhir pekan bisa dua kali lipat. Dari rekaman bukti bon yang ada di kasir, dalam sehari pengunjung warung ini bisa mencapai 1.000 orang.

Warung Nasi Jamblang Mang Dul bisa bertahan karena rasa kepercayaan kepada para pelagganan. Pada saat mengambil lauk, konsumen diperbolehkan memilih dan mengambil sendiri lauk pauk yang diinginkan. Para pelayan hanya melayani pengambilan nasi saja atau melayani orang yang ingin membawa pulang nasi jamblang. Jadi ketika akan membayar, konsumen tinggal menyebutkan lauk pauk apa saja yang telah disantap.

"Ini juga pesan mendiang Bapak, bahwa kita harus percaya kepada konsumen. Dan kami pun harus selalu berpikir positif," tandas Umar.
       

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com