Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Apa Menikah?

Kompas.com - 23/03/2010, 08:01 WIB

Dengan demikian, tampak bahwa manusia terpanggil untuk hidup saling mencintai. Di dalam hubungan yang erat, hangat, dan jujur karena saling mencintai, kita terdorong untuk hidup saling memberi-menerima dan terus bertumbuh bersama menjadi pribadi yang matang. Yang menjadi pertanyaan kita: apakah ini hanya dapat diwujudkan dalam perkawinan?

Perkawinan merupakan bentuk hubungan yang eksklusif, sangat intim, melibatkan aspek fisik (biologis) dan mental yang sangat mendalam. Di dalamnya, pria dan wanita mengalami persatuan utuh. Itulah sebabnya di dalam perkawinan setiap orang dapat menemukan kepenuhan pribadi dan makna hidup. Namun, apakah hal ini berarti orang tidak dapat menemukan kepenuhan pribadi dan makna hidup di luar perkawinan?  

Harus diakui bahwa pada dasarnya manusia terpanggil untuk hidup berpasang-pasangan. Hal ini tampak dalam kodrat kita yang memiliki jenis kelamin tertentu, dengan ketertarikan pada jenis kelamin lainnya. Namun, di luar keadaan yang umum, selalu saja terdapat alternatif.

Ada orang-orang yang dapat menyublimasikan dorongannya untuk bersatu secara eksklusif dengan lawan jenis ke dalam hubungan cinta yang universal.
Fenomena ini kita temukan pada pribadi-pribadi yang memilih mengabdikan diri untuk melayani orang lain. Bukan saja para biarawan, tetapi juga orang-orang lain yang menemukan kepenuhan pribadi, kebahagiaan, dan makna hidup, dengan melayani orang lain dengan cinta kemanusiaannya yang universal.

Jadi, tampaknya yang penting adalah bagaimana seseorang menemukan makna hidupnya di tengah-tengah keberadaannya bersama orang lain. Makna itu dapat ditemukan jika seseorang memberikan diri kepada orang lain dengan cintanya yang luhur, baik kepada seorang lawan jenis dalam hidup perkawinan maupun kepada banyak orang dengan cinta kemanusiaannya yang universal.

Tanpa itu, orang akan tetap merasakan kekosongan dalam hidupnya, seperti halnya wanita cantik yang disebutkan di atas. Itu pula sebabnya mengapa banyak orang enggan menikah, tetapi juga ragu-ragu pada keadaan lajangnya di usia yang telah matang.

Apabila demikian, apa yang sebaiknya dilakukan? Kita akan telusuri dalam tulisan mendatang. @

M.M Nilam Widyarini MSi
Kandidat Doktor Psikologi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com