Kebanyakan lampu listrik hemat energi di Indonesia adalah lampu merkuri yang aman digunakan selama tabungnya tidak pecah. Baterai superkuat di remote control atau telepon seluler Anda pun menggunakan merkuri.
Cat yang antijamur bisa jadi mengandung merkuri dan terus-menerus menguapkan merkuri di dalam rumah dan mengotori bumi. Merkuri bahkan dipakai dalam amalgam tambalan gigi berlubang di mulut kita. Juga untuk mengawetkan vaksin bagi anak balita kendati kini mulai ditinggalkan setelah digunakannya zat pengawet yang lebih aman.
Semua itu menyebabkan uap merkuri di negara berkembang, seperti Indonesia, berpotensi lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju.
”Kita tidak pernah tahu apa yang harus kita lakukan jika lampu hemat energi di rumah kita habis masa pakainya. Baterai yang tidak bisa lagi dipakai harus dibuang ke mana? Tidak ada kewajiban bagi produsen lampu hemat energi, misalnya, untuk menarik produk bermerkuri yang habis masa pakainya,” kata Yuyun.
Rasio menjelaskan, Indonesia mulai berbenah untuk mengurangi polusi merkuri di negeri sendiri. Pada 3 Agustus lalu, Kementerian Lingkungan Hidup menggelar Roundtable Discussion Pengelolaan Merkuri di Jakarta. Rencananya, pengurangan penggunaan merkuri akan dimulai dari sektor kesehatan.
”Sektor kesehatan sensitif terhadap isu merkuri. Padahal, sektor itu strategis untuk memulai pembatasan merkuri dibandingkan sektor lain,” kata Rasio.
Lalu, bagaimana dengan polusi merkuri di rumah kita? Sementara waktu hanya kita sendiri yang bisa mencegahnya sambil menunggu pemerintah siap mengurusnya.
Berhemat-hematlah memakai baterai, jagalah lampu hemat energi di rumah Anda agar tidak pecah. Berhati-hatilah memilih cat tembok, tambalan gigi, juga vaksin imunisasi.