OLEH DWI BAYU RADIUS
Veena sudah aktif sebagai vokalis ataupun solois sejak 1984. Ia pernah tampil dalam berbagai acara besar, seperti Java Jazz Festival, dan ikut mengisi pentas jazz 31 jam nonstop yang diselenggarakan Komunitas Jazz Kemayoran. Kedua acara itu digelar pada 2008.
Ia juga kerap pentas di berbagai kafe kota-kota besar dengan nama panggung Veenamutiram. Namun, di sela-sela rekaman album pertamanya, Cawan Jingga, tahun 2003, ia divonis menderita lupus. Ia sempat terkapar enam bulan.
Album Cawan Jingga yang dicita-citakan Veena akan membawa nuansa baru dalam dunia musik Indonesia ibarat belum ke mana-mana. ”Lagu ada, tapi klip video belum digarap. Jadinya mau booming susah. Lupus memang mengekang saya,” ujar Veena.
Ia sempat putus asa dengan karier dunia tarik suaranya. Ketika mengerjakan album kedua pada 2006, Veena tumbang lagi. Perempuan kelahiran Bandung itu kembali harus berbaring selama lebih dari setengah tahun lantaran lupus. Rencana mempromosikan album pun berantakan.
Selama sakit, Veena hanya bisa berbaring. Di saat sakit itu dia mendapat kabar sedih. Veena harus menjalani operasi pengangkatan limpa. Namun, ia tak mau menyerah. Ia jalani proses kreatif di tempat tidur dengan membuat lagu-lagu baru.
Irama ia lantunkan dengan bersenandung dan direkam menggunakan telepon seluler. Ia anggap passion (gairah) sebagai kata yang tepat untuk judul album keduanya. Kata itu mengekspresikan semangat Veena untuk tak berhenti bermusik dan berjuang melawan lupus.
”Saya merasa gairah luar biasa sehingga album diberi judul Passion. Itu soal cinta yang memberikan kekuatan,” ujarnya.
Sesudah mengerjakan album keduanya, Veena kembali kolaps. Ia malah harus menjalani operasi lagi. Jahitan saat operasi limpa ternyata tak sempurna dan terbuka. ”Rasanya nyeri sekali kalau nyanyi. Gara-gara itu, usus jadi kejepit otot. Akhirnya, jahitan harus dibereskan lagi,” ujarnya.