Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lucy Cahyaningtyas: Mencari Esensi

Kompas.com - 21/02/2011, 08:37 WIB

Si Pemimpi
Lucy adalah pemberontak sejak kecil. Tidak tanggung-tanggung, ia membuat nilainya di bidang eksakta ”kebakaran” pada semester II SMA, padahal di semester I sangat bagus. Ia kesal kepada ayahnya, Michael Sumarijanto, yang ingin putri ketiganya—dari empat bersaudara—itu menjadi arsitek seperti dirinya, padahal Lucy ingin menjadi seniman atau bekerja di bidang kreatif. Jiwa seninya sudah menonjol sejak kecil. Ia suka membuat dekorasi atau menggambar kartu untuk dijual. ”Kalau suntuk aku nggambar apa aja, guruku juga kugambar deh....”

Ia memilih masuk A-4, jurusan bahasa, sampai sang ibu, Itet Trijayati, harus menjadi penengah supaya Lucy mau memilih jurusan A-3 sebagai kompromi dengan ayahnya.

”Aku turuti aja kata mommy meski enggak banget deh kalau soal ngitung-ngitung. Eh, daddy masih juga maksa aku masuk arsitek di UI meski jelas enggak bisa.”

Ketika memaksa kuliah di Jurusan Grafis Seni Rupa ITB, sang ayah menghukumnya dengan memberi bekal pas-pasan. ”Aku nginep di rumah teman yang pengin banget masuk Seni Rupa. Aku belajar dari buku dia. Eh, malah aku yang masuk.”

Lucy membuktikan bahwa ia tidak salah jurusan dengan lulus cumlaude. Sang ayah bangga meski tetap menganggap Lucy ”gadis kecilnya”. Keputusannya belajar lagi ke New York adalah titik balik dalam hidupnya untuk mengejar mimpinya.

Kini, ia sudah terbang jauh. Proses kreatifnya disemangati antara lain oleh karya-karya desainer grafis legendaris yang gaya visualnya mengusung aliran minimalisme dan modernisme.

”Yang tampak simpel, prosesnya sungguh tidak simpel,” ujar Lucy yang ingin berbagi ilmu dengan desainer Indonesia agar tak terpaku pada yang ”mengilat” di kulit luar.

Hidup bagi Lucy adalah proses kreatif. Bahkan, waktu luangnya. ”Aku suka main game puzzle, kayak Bejeweled Blitz, Zuma, Unblock Me, dan Puzzle Bubble. Anything... yang bikin otak mikir untuk mecahin puzzle. Kalau bisa rasanya puas... hi-hi-hi....”

(Maria Hartiningsih/Frans Sartono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com