Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yeane Keet: Dari SPG Menjadi Direktur

Kompas.com - 21/03/2011, 09:57 WIB

”Kalau saya tidak memulai dari bawah dan mencoba semua bidang, saya tidak akan tahu isi perusahaan dan keluh-kesah anak buah. Respek dari karyawan akan berbeda kalau saya langsung mendapat jabatan. Dan yang penting, pengalaman memulai dari bawah membuat saya belajar rendah hati,” kata Yeane.

Tegas, mandiri
Pembelajaran rendah hati itu kemudian diterapkan Yeane dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin sekarang. Dia mencari potensi anak buah dengan membiarkan mereka belajar membuat keputusan. ”Meski keputusan tersebut pada akhirnya salah, setidaknya mereka sudah mencoba. Bagi saya, karyawan juga punya kesempatan untuk menggantikan posisi atasannya,” katanya.

Yeane juga selalu membuka pintunya untuk para karyawan di tingkat bawah untuk menjaga rasa kekeluargaan di lingkungan perusahaan. ”Karena saya memulai karier di posisi mereka. Jadi, saya harus mendengarkan posisi mereka,” kata Yeane yang hingga sekarang masih memantau perkembangan produk ke pasar.

Ketika diminta menelaah faktor yang menjadi kunci sukses, Yeane menyebut berkat didikan tegas sang ayah. Sebelum memasuki dunia kerja, Yeane sudah belajar mandiri ketika bersekolah di Singapura pada usia 11-15 tahun, tanpa didampingi keluarga.

Entah kebetulan atau tidak, sikap mandiri Yeane ini menurun pada anak pertamanya, Louise Keet (14), yang memilih untuk bersekolah di Perth, Australia, sejak awal tahun ini. ”Dia, sih, senang-senang saja saat berangkat ke Perth, padahal saya sampai nangis-nangis. Tetapi di sisi lain, saya juga senang dia berpikir untuk belajar hidup mandiri,” kata Yeane.

Bangga pakai batik murah
Ini batik yang dibeli dari ITC Permata Hijau, lho, harganya hanya Rp 75.000,” kata Yeane, memamerkan gaun terusan batik selutut berwarna coklat kekuningan yang dipakainya.

Yeane memang mencintai produk Indonesia. Koleksinya adalah busana batik, mulai yang dibeli di mal sampai di pasar. Dia akan bangga bercerita bahwa batik yang dipakainya dibeli di pasar dengan harga Rp 100.000 ke bawah. Apalagi, kalau ada sesama pengusaha kelas atas atau pejabat yang bertanya tentang batik yang dipakainya.

Suatu kali, misalnya, Yeane hadir di acara Kadin dengan memakai batik yang dipadukan dengan jaket. Penampilannya ini kemudian memancing perhatian orang lain.

”Saya ditanya, beli batiknya di mana. Saya jawab, ada yang beli di pasar di Depok, ada juga yang di Bekasi. Harganya juga tidak terlalu mahal, hanya sekitar Rp 100.000. Bahkan, ada juga yang Rp 40.000,” tutur Yeane.

Tidak gengsi bercerita tentang batiknya yang murah? ”Gengsi? No. Saya bangga produk usaha kecil menengah bisa saya pakai,” kata Yeane, yang mengumpulkan koleksi batik ketika berbelanja di sejumlah kota di sela perjalanan tugas.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com