Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dini Makmun, CEO di Usia 38 Tahun

Kompas.com - 27/07/2011, 13:11 WIB

KOMPAS.com - Tak jarang, minat menjadi modal yang lebih penting dibandingkan latar belakang pendidikan dalam berkarier. Dini Makmun (42) membuktikan hal tersebut.

Dini menjadi Chief Executive Officer Saatchi & Saatchi Indonesia pada usia 38 tahun, hanya setahun setelah dia diterima untuk posisi Chief Operating Officer. Sebagai gambaran, Saatchi & Saatchi adalah salah satu agensi iklan internasional ternama yang bermarkas di New York, Amerika Serikat. Perusahaan yang awalnya didirikan di Inggris ini mempunyai 140 perwakilan di 80 negara, termasuk Indonesia.

Di bawah kepemimpinan Dini, Saatchi & Saatchi Indonesia beberapa kali meraih penghargaan, termasuk di ajang Cannes Lions International Festival of Creativity 2010. Namun, tahukah Anda kalau prestasi yang dicapai Dini ”hanya” bermodalkan kursus tentang periklanan secara umum selama enam bulan?

Pendidikan formal yang ditempuh Dini pun tak berhubungan dengan dunia iklan. Kuliah yang akhirnya berhasil dia selesaikan di Singapura ”hanya” diploma tiga tentang management support.

”Tetapi saya tidak malu. Saya percaya bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Prinsip saya adalah kenali diri sendiri dan selalu punya rasa ingin tahu,” kata Dini saat ditemui di tempat tinggalnya yang asri di kawasan Kemang, Jakarta, Rabu (20/7/2011) lalu.

Sambil sesekali bercanda dengan kedua anaknya, Aydan (3) dan Alessi (11 bulan), perempuan ramah ini kemudian bercerita tentang perjalanan kariernya. Meski periklanan telah membuatnya benar-benar jatuh cinta, proses pencariannya ternyata membutuhkan waktu sangat panjang dan berliku.

Dini pernah memutuskan berhenti kuliah di Jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti pada semester lima karena merasa tidak cocok dengan bidang tersebut. Pilihan untuk kuliah di teknik sipil ini dijalani setelah cita-citanya kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kandas. ”Biasa, waktu kecil kalau ditanya mau jadi apa, pasti banyak yang bilang ingin jadi dokter, termasuk saya,” katanya.

Setelah berhenti kuliah, Dini mencoba bekerja di perusahaan trading. Namun, lagi-lagi tak betah. Hanya lima bulan dia bekerja.

Tak pelak, keputusan ini membuat orangtua Dini marah. Adu argumen pun terjadi. ”Mereka bingung dan bilang, sebenarnya saya ini mau jadi apa sih, ha-ha-ha. Tetapi saya punya prinsip, lebih baik saya salah di depan tapi di akhir bisa menemukan sesuatu yang membuat saya sukses. Saya tidak ingin pada akhirnya saya menyusahkan orangtua,” ujar Dini.

Karena pengalaman itu pula, saat ini Dini mulai memberi stimulus pada Aydan untuk menemukan dunia yang diminati dengan mengikutsertakannya kursus melukis. ”Saya tidak bermaksud mengarahkan dia menyukai seni. Saya baru mulai memberi pilihan, bidang apa yang nantinya akan dia pilih. Toh, Aydan juga suka sepak bola. Kalau ada klub sepak bola untuk anak seusia dia, mungkin akan saya daftarkan juga,” tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com