Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maut Mengancam di Dalam Angkot

Kompas.com - 26/12/2011, 05:16 WIB

”Kami tidak bermaksud menyalahkan orang lain atau pihak lain, tetapi keselamatan penumpang itu adalah tanggung jawab bersama. Apakah kita masing-masing, kepolisian, Organda, Dinas Perhubungan, dan lain sudah melakukan pengawasan dengan baik dan maksimal,” kata Baharudin Djafar.

Menata anggota

Lepas dari itu, Nico sangat mengapresiasi Organda dan para pemilik kendaraan umum yang sudah mulai menerapkan anjuran kepolisian, seperti pemakaian seragam resmi bagi sopir kendaraan umum.

”Pemakaian seragam ini sedikit banyak dapat memberi tahu kepada calon penumpang bahwa angkot yang akan dinaikinya benar dikemudikan sopir aslinya, buka sopir tembak. Kejahatan di angkutan umum itu banyak yang karena kendaraannya bukan dibawa sopir aslinya,” kata Nico.

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono berpandangan, persoalan angkot tidak bisa dipisahkan dari sejarahnya. Angkot adalah moda transportasi yang tidak dilahirkan oleh pemerintah. Angkot yang pada tahun 1970-an berbentuk bemo lahir karena adanya kebutuhan warga. Makin lama semakin banyak angkot ditemukan di jalan, baru kemudian pemerintah merasa perlu untuk mengaturnya.

Pemerintah lalu mengambil langkah untuk menciptakan trayek baru dengan nomor yang sama, tetapi diberi variasi dengan huruf, misalnya, selain ada mikrolet M-01 jurusan Kampung Melayu-Senen, juga ada M-01A, dan M-01G. Trayeknya sama, tetapi jalurnya yang berbeda.

Upaya variasi jalur ini tetap tidak memecahkan masalah angkot. Untuk itu sejak tahun 1997, Dishub menghentikan pemberian izin trayek baru. Alasannya, selain mengurangi keruwetan lalu lintas, juga agar para pengusaha angkot bersaing sehat.

Persoalan lain adalah kepemilikan angkot yang bersifat individual. Angkot itu tidak terintegrasi dalam satu sistem pelayanan. Selain itu spesifikasi dan standar pelayanan dan operasi tidak ada atau tidak jelas.

Pemegang izin tidak pernah lengser meski melakukan kesalahan. Terjadi juga praktik kartel di mana para pengusaha menguasai pasar lalu menurunkan kualitas pelayanan. Kompetisi antaroperator tidak pernah terjadi. Yang ada kompetisi antarsopir sehingga sopir menanggung hampir semua risiko.

(NDY/PUT/RTS/ARN/BRO/PIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com