Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Menit untuk Bisa Melihat

Kompas.com - 03/01/2012, 08:07 WIB

Katarak di Indonesia bertambah 240.000 kasus baru per tahun. ”Kemampuan operasi hanya 120.000 orang sehingga terjadi penumpukan (backlog) kasus katarak yang cukup tinggi,” kata Bambang Sardjono.

Untuk mengatasi backlog kasus katarak sekitar tiga juta orang tidak mudah. Jumlah dokter mata di Indonesia sekitar 1.500 orang. Itu pun lebih dari separuh berada di Pulau Jawa, terutama Jakarta dan Jawa Barat. Padahal, kasus katarak, kebutaan, dan gangguan mata lain banyak terjadi di luar Jawa. Kasus kebutaan di atas prevalensi nasional paling tinggi di Sulawesi Selatan (2,6 persen), Nusa Tenggara Timur (1,4 persen), dan Bengkulu (1,3 persen). Adapun prevalensi katarak tertinggi berada di Aceh (3,7 persen), Sumatera Barat (3,3 persen) dan Jambi (2,8 persen).

”Kalaupun ditemukan kasus katarak, persoalannya tidak sekadar melakukan operasi, tetapi ada juga persoalan sosial,” kata Anna Prononingrum, Kepala Balai Kesehatan Mata Masyarakat Cikampek, Jawa Barat. Sebagian besar kasus katarak menimpa penduduk miskin sehingga transportasi dari rumah menuju rumah sakit menjadi persoalan. ”Penanganan katarak menjadi tanggung jawab semua pihak,” ujarnya.

Tertinggal

Untuk mengukur pelayanan terhadap katarak, WHO mengacu pada Cataract Surgical Rate (CSR), jumlah operasi katarak per satu juta penduduk per tahun. Angka CSR Indonesia tergolong rendah, hanya 468, setara negara-negara di Afrika. Angka CSR Myanmar justru lebih baik, yakni 819, Banglades (995), Butan (1.019), Thailand (2.090), Sri Lanka (2.538) dan India (4.067). Nepal sebelumnya 1.490, sejak ada Institut Tilganga tahun 1994, CSR melonjak saat ini menjadi 6.000.

”Kami bertekad, tahun 2020 tidak ada lagi kasus kebutaan di Asia,” kata Sanduk Ruit, Direktur Medis Institut Tilganga.

Ruit tidak sekadar berkeinginan, tetapi melakukan dengan sepenuh hati. Tim dokter Tilganga melakukan operasi katarak terhadap lebih dari 4 juta orang di Nepal dan berbagai negara, termasuk bakti sosial di Medan, Sumatera Utara, Desember 2010 dan Juni 2011. Institut Tilganga juga melakukan pelatihan teknik operasi katarak sayatan kecil bagi dokter dari berbagai negara, termasuk lima dokter dan sejumlah perawat dari Indonesia serta dokter militer dari Amerika Serikat. Lembaga ini juga memproduksi lensa intraokular dari plastik 1.200 lensa per hari.

Tidak masuknya penanganan kebutaan dalam Tujuan Pembangunan Milenium tak bisa dijadikan alasan pemerintah untuk mengabaikan persoalan katarak dan kebutaan di masyarakat. ”Penderita kebutaan akan menjadi beban sosial bagi anggota keluarga lain, apalagi jika masih usia produktif,” kata Effi Jono, Country Manager Indonesia The Fred Hollows Foundation, lembaga sosial yang menangani kebutaan dan gangguan mata. (Try Harijono)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com