Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2012, 13:46 WIB
Halo Prof

Konsultasi kesehatan tanpa antre dokter

Temukan jawaban pertanyaanmu di Kompas.com

Sejak awal aku tahu bahwa pekerjaan ini akan sangat menantang, serta tidak mudah untuk menjadi satu-satunya dokter di wilayah terpencil di Afrika. Dengan begitu banyak keterbatasan yang ada, aku sadar tak bisa menyelamatkan nyawa semua orang. Namun setelah dalam menimbang-nimbang,  aku cukup terhibur dengan secercah harapan bahwa setidaknya kehadiranku bisa membantu (masyarakat di sini). Akan tetapi, beban kekhawatiran kehilangan pasien yang tak bisa tertolong selalu menghantuiku.

Saya pikir anda bisa pulang sekarang dokter, saya akan mengabari anda seandainya ada perkembangan,” Gift dengan hangat menyarankan aku.

Akupun lantas mengisi dan menyelesaikan catatan medis sang bayi, serta dengan segaja tidak melihat nama bayi tersebut. Aku tak tega, dan berat untuk hidup dan harus mengingat satu lagi yang tak bisa aku selamatkan...

Tepat pukul 3:00 dini hari, aku mendadak terbangun. Bulan Ramadhan mewajibkan aku memulai hariku lebih awal. Setelah sembahyang, aku tak lagi bisa tidur. Pukul 7:00 pagi aku telah berada di bangsal perawatan mengunjungi para pasien sembari memberikan obat-obatan mereka. Aku telah berencana untuk tidak perlu ke ruangan observasi, berasumsi bahwa sang ibu dan bayinya semalam pasti telah tiada.

Tiba-tiba aku tersadar akan sesuatu yang berbeda. Sang ibu masih di sana sembari memangku bayinya. Dan kali ini sang bayi terlihat sedang menyusui ibunya. Aku mengedipkan mataku beberapa kali, memastikan ini bukan mimpi, dan pemandangan itu tetap sama...

Terkejut kagum aku berdiri di depan pintu, si ibu menatapku sambil tersenyum. Sang bayi, telah sadar sepenuhnya, terlihat sibuk menikmati ASI ibunya. Masih agak kesulitan bernapas, tapi ya,  ia masih hidup dan kelihatan membaik!

Aku berjalan mendekati mereka, otakku kembali memutar tayangan tubuh tak berdaya sang bayi: nadinya yang lemah, semua tusukan jarum infus di kulitnya, si ibu duduk berlutut di lantai serta keteganganku. Aku membelai sang bayi untuk memastikan bahwa ini nyata.  Dan mendadak, perasaanku campur aduk...
...
“Siapan namanya?”  suaraku bergetar ketika menanyakan sang ibu.
“Olive, namanya Olive, dokter...” jawab sang ibu.
...
Olive...
Kini aku takan pernah melupakan nama itu seumur hidupku...

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com