Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2013, 11:28 WIB

Karena terbiasa pindah-pindah tempat tinggal, Dayu lantas ketularan hobi traveling. Persentuhannya dengan perjalanan ke negara lain dimulai ketika mengikuti program pertukaran pelajar di kampus dan sempat satu tahun kuliah di Korea Selatan pada 2009.

Di Seoul, Dayu turut melatih musik angklung di MIZY Unicef dan Kedutaan Besar RI. Dayu mengajari orang-orang asing di Korsel dengan metode hand sign. Ia memandu nada-nada yang harus dimainkan dengan angklung menggunakan jari tangan. Dayu kemudian menjadi delegasi Greifswald International Students Festival di Jerman pada 2010. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk menjelajah Eropa.

Mewarisi darah seni dari ibu, Dayu mulai ikut ajang kontes kecantikan dari usia 18 tahun. Ia mengawalinya dengan memenangi Mojang Bogor. ”Modal saya punya pergaulan yang luas adalah diri saya sendiri. Cantik harus dari dalam, dan yang pasti punya isi,” kata Dayu.

”Teman baru waktu traveling akan menjadi rumah baru saya selanjutnya. Hidup saya seperti jaring laba-laba. Network itu dijalin dan dibentuk. Enggak akan rugi punya banyak teman,” kata Dayu.

Tidak romantis
Meski mudah bergaul, Dayu mengaku kesulitan mencari pasangan hidup. Ia mengaku dirinya termasuk orang yang tidak romantis, dan jarang ada pria yang bisa memahami kegemarannya untuk ”jalan-jalan”.

”Jarang banget orang yang mengerti saya. Saya berencana traveling sampai nikah. Lagi cari suami yang bisa diajak traveling,” kata Dayu.

Bersama 14 sahabatnya yang tergabung dalam Komunitas Indiscoveria, Dayu juga sedang merancang petualangan baru dalam ekspedisi rupiah. Mereka akan mengunjungi tujuh lokasi yang tergambar di mata uang rupiah yang ternyata tersebar di tujuh provinsi.

”Hal sederhana yang sering terlupakan. Padahal, tiap hari, duit itu ada di pantat (dompet) kita,” kata Dayu.

Tempat pertama yang didatangi Dayu setiap kali mengunjungi lokasi baru adalah pasar tradisional. ”Pasar tradisional merupakan gambaran sebuah budaya,” ujar Dayu.

Dua tahun terakhir menjalani traveling sebagai duta pariwisata, duta selam, dan presenter lepas, Dayu rindu justru jalan-jalan sendiri. Bepergian bersama keluarga biasanya hanya dijalani Dayu ketika mudik Lebaran ke rumah neneknya di dekat Waduk Cengklik Solo.

”Traveling bisa membuat bijaksana. Supaya kita tahu makna pulang. Saya bisa kenal diri sendiri. Yang bisa diandalkan dalam perjalanan adalah diri sendiri,” kata Dayu.

(Mawar Kusuma)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com