Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Kartini Modern Hadirkan Cahaya untuk Anak-anak Suku Baduy

Kompas.com - 21/04/2016, 07:00 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

"Beruntung Kang Sarpin mampu mengatasi semuanya kepada adat sehingga tidak ada sanksi bagi kami. Hanya saja, peralatan Kelas Baca Baduy seperti meja, buku, papan tulis untuk sementara dimusnahkan," kenangnya.

Peristiwa itu pun membuat sikap anak-anak Baduy berubah pada Nury.

"Saya kembali ke Baduy. Suasana berbeda, anak-anak mulai menghindar. Tidak seperti biasanya bila saya datang anak-anak mendekat, bersalaman dan mendengarkan cerita. Tidak apa, mereka hanya takut ada yang melaporkan pada adat," jelasnya.

Tahun 2015, Nury mendapat kabar gembira dari Kang Sarpin dan Mulyono, yakni satu anak Baduy, Marno, diikutkan ujian paket dan lolos masuk SMP di Rangkas Bitung yang berjarak empat jam dari kediamannya.

Keberhasilan Marno tersebut membuat anak-anak Baduy lainnya ingin kembali belajar dan bersekolah.

Sekarang, anak-anak lain di Kelas Baca Baduy meski sudah menikah tetap semangat mengikuti kelas kejar paket di PKBM Luwidamar.

"Alhamdulillah, batin saya. Di manapun, dengan siapapun belajar, bagi saya yang penting anak-anak belajar membaca dan menulis,"

Kini, Kelas Baca Baduy telah diadakan kembali dengan 60 anak Suku Baduy yang menjadi peserta. Dibantu Blackhouse Library, Nury sudah dapat menyiapkan alat tulis, buku, dan honor untuk pendamping pengajar.

Lalu, apakah Nury pernah memiliki kekhawatiran akan lunturnya budaya asli Suku Baduy saat dia mengajarkan baca tulis, suatu hal yang selama ini dilarang keras oleh adat.

"Anak-anak yang tak belajar baca tulis justru dengan mudah ditarik dari sukunya. Mereka keluar Baduy menjadi kuli atau pembantu rumah tangga. Dulu ada Suku Baduy yang pernah bilang, 'Ini uang seribu ya? kalau sejuta kertasnya sebesar apa?'," paparnya.

"Anak-anak Kelas Baca Baduy semakin mengerti bagaimana menghargai tanahnya, budayanya dan adatnya. Terbukti dengan program buang sampah yang saya terapkan pada anak-anak, bukan saja mereka tidak lagi membuang sampah sembarangan, tapi anak-anak berani menjadi polisi sampah bagi pengunjung yang membuang plastik sembarangan. Begitu juga dengan cara berdagang, anak-anak mengerti transaksi yang seharusnya dilakukan," terangnya.

                                                                                  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com