Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Foto: Di Nepal, Wanita Diasingkan Saat Menstruasi

Kompas.com - 09/06/2016, 11:37 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

 

KOMPAS.com Menstruasi masih menjadi stigma bagi banyak wanita dan di beberapa bagian tertentu di dunia. Hal yang lazim terjadi setiap bulan ini mengasingkan wanita dari komunitas dan mengancam kesehatan mereka.

Menurut Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), di Nepal, wanita yang menstruasi dianggap tidak suci dan tidak diperbolehkan beraktivitas dan berkomunikasi dengan siapa pun, termasuk dengan keluarga mereka. Di beberapa area tertentu, mereka bahkan harus tinggal di kandang sapi selama menstruasi.

Kemudian, WaterAid juga mengatakan bahwa di area-area tersebut, wanita dilarang menggunakan air dan berisiko terkena infeksi akibat kebersihan yang buruk.

Oleh karena itu, sekelompok anak perempuan di Nepal bekerja sama dengan organisasi nonprofitWaterAid untuk menunjukkan kepada dunia hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan, sentuh, dan gunakan saat menstruasi.

 

Air

"Aku mengambil foto ini saat tanteku sedang mengambil air. Air sangat penting untuk tubuh dan keberadaan kita. Air juga penting untuk kebersihan.

Kami tidak diperbolehkan menyentuh air jika sedang menstruasi dan orang lain sedang mengambil air. Kami harus menunggu di antrean hingga semua orang selesai. Pada saat kami kembali ke rumah, biasanya sudah malam dan sulit bagi kami untuk mengerjakan pekerjaan rumah dalam kegelapan.

Dalam situasi ini, aku merasa tak berdaya dan merasa seakan-akan tanganku terikat ketika aku tidak bisa melakukan apa-apa kecuali berdiri dan melihat. Selama itu, aku merasa sangat ingin melawan kepercayaan yang bias tersebut." – Manisha Karki (14).

 

Keluarga

"Ini adalah ibuku dan adikku. Di sini, ibuku sedang memberi makan adikku dengan penuh cinta. Ibuku juga sangat mencintaiku, tetapi selama menstruasi, aku dipisahkan dan harus makan dari jauh.

Ketika tidak ada seorang pun yang menyentuhku, aku merasa tidak dicintai. Kita butuh banyak cinta dan dukungan selama menstruasi, tetapi ketika aku dipisahkan dan diperlakukan sebagai sesuatu yang tidak boleh disentuh, aku tidak merasakan cinta dari ibu dan ayahku, dan aku hanya merasakan kebencian. Aku merasa sedih." – Bandana Khadka (15).

 

Kaca

"Ini adalah foto sebuah kaca dan sisir. Dalam masyarakat kami, ketika anak perempuan mendapatkan menstruasi pertama, kami tidak diperbolehkan melihat ke kaca atau menyisir rambut.

Aku merasa hal itu salah. Aku dan keluargaku tidak mengikuti adat ini, tetapi aku punya banyak teman yang keluarganya sangat kaku mengenai hal tersebut. Jadi, kebanyakan teman-temanku tidak diperbolehkan melihat diri mereka di kaca.

Jika temanku bisa bertumbuh di lingkungan yang tidak memiliki batasan mengenai menstruasi dan menerima lebih banyak dukungan dari keluarga mereka, mereka bisa membebaskan diri mereka sendiri dan menemukan lebih banyak kesempatan." – Sushma Diyali (15).

 

Makanan

"Ini adalah foto dapurku. Ibuku baru selesai memasak 'sel-roti'. Aku suka roti. Namun, selama menstruasi, aku tidak diperbolehkan masuk ke dapur.

Aku juga tidak diperbolehkan menyentuh barang-barang di dapur, alat, makanan, dan perangkat. Aku juga tidak diperbolehkan makan sel-roti.

Pada hari saat aku tidak menstruasi, aku bekerja dan makan di dapur yang sama, jadi makan secara terpisah saat menstruasi membuatku sedih. Aku merasa diasingkan, seperti orang asing yang bukan bagian dari keluarga." – Manisha Karki (14).

 

Rumah

"Ini adalah tempat di mana aku memandikan diriku saat menstruasi pertama kali. Ketika aku menstruasi untuk pertama kalinya, aku harus tinggal di rumah orang lain karena kami tidak diperbolehkan berada dalam rumah sendiri.

Jaraknya 15 menit dari rumah. Anak perempuan remaja merasa lebih aman dengan orangtua mereka sendiri, selama menstruasi atau tidak. Namun, mengikuti budaya sosial, kami harus tinggal di rumah lain untuk tujuh hari, di mana mungkin kami tidak aman." – Bisheshta Bhandari (15).

 

Ritual Budaya

"Dalam masyarakat kami, ritual budaya dan norma memiliki makna yang besar. Aku mengambil foto ini ketika ayahku dan paman sedang melakukan ritual yang disebut 'Masik', ritual bulanan yang dilakukan untuk mengingat anggota keluarga yang hilang.

Selama ritual ini, semua perempuan yang mengalami menstruasi tidak diperbolehkan untuk masuk, menyentuh alat-alat, atau membantu.

Kami diajari bahwa hal ini merupakan proses yang natural di sekolah, tetapi aku bertanya-tanya, mengapa hanya wanita yang harus merasa malu dan terikat oleh perubahan natural yang mereka alami, dan lagi, perubahan juga terjadi pada anak laki-laki, kan?" – Manisha Karki (14).

 

Sekolah

"Ini adalah kepala sekolah di sekolah kami. Aku ingin memberi tahu mengenai situasi yang dialami kami, anak-anak perempuan, selama menstruasi karena kurangnya layanan di sekolah.

Kami menghadapi banyak masalah karena tidak ada persediaan pembalut di sekolah. Tidak ada tempat yang sesuai untuk mengganti pembalut dan kami harus membakarnya setelah menggunakannya. Air minum bersih juga tidak disediakan.

Kami harus melewatkan kelas 3-4 hari setiap bulan dan manajemen yang baik untuk layanan-layanan ini akan mengubah skenario." – Sushma Diyali (15).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com