Misalnya dengan berkata, “Di mana-mana pacaran itu, ya, begini!” atau, “Kok, kamu melawan? Semua orang yang bekerja dengan saya itu memang biasa melakukan hal ini dengan saya.”
Hal ini akan mendorong korban untuk sulit menolak karena berpikir mungkin ini memang hal yang normal. Padahal kenyataannya, korban telah termakan oleh manipulasi sang pelaku.
Perlu diingat bahwa tubuh Anda sepenuhnya milik Anda. Tidak ada satupun orang yang berhak menyentuhnya tanpa ijin.
3. Membuat korban merasa bersalah
Pelaku pelecehan seksual biasanya senang membuat korbannya merasa bersalah. Misalnya pelaku dan korban pulang larut malam berdua. Hal ini bisa dimanfaatkan pelaku yang mengantarkan korban pulang sebagai imbalan dan justru menuduh korban yang berinisiatif dengan minta diantarkan pulang.
Atau yang umum terjadi adalah menuduh korban sengaja tampil seksi sehingga menimbulkan godaan. Padahal, dalam situasi apa pun pelecehan seksual tidak bisa dibenarkan dan satu-satunya yang bersalah yaitu si pelaku, bukan korban.
Selain itu, pelaku pelecehan seksual juga senang membuat korbannya merasa berhutang bantuan padanya. Contohnya karena dia mentornya atau orang yang memberi pekerjaan padanya. Dengan begitu, kesempatan untuk menuruti permintaan sang pelaku lebih besar.
Baca juga : Mengenali Ciri Predator Seksual di Sekitar Kita
4. Menolak jawaban “tidak”
Para pelaku pelecehan seksual biasanya memiliki kegigihan untuk membujuk korban untuk melakukan apa yang diinginkannya dengan cara yang halus dan terkesan sopan. Walaupun sudah ditolak berkali-kali, biasanya pelaku akan terus berusaha untuk mendapatkannya.
Pelaku tidak akan cepat menyerah hanya karena beberapa penolakan, karena dalam kamus para pelaku tidak ada kata “tidak”. Mereka akan terus mencari cara agar korban mau dan mengiyakan permintaannya meski terpaksa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.