Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/01/2018, 09:23 WIB

Beruntung, setelah kembali ke kehidupan normal, Jane bisa mengembalikan rasa cintanya pada Toshi.  "Tapi itu adalah beberapa hari yang sulit bagi saya," kata Jane.

Cerita serupa pun dialami oleh sejumlah pasangan beda bahasan lain. Kedua belah pihak memiliki pendapat yang sama: kepribadian dan cara mereka berbicara, terutama di negara lain, sangat berbeda dengan perasaan mereka saat di Jepang.

Kebanyakan dari mereka merasa takut bahwa mereka mungkin kehilangan pasangan mereka sebagai akibat dari perbedaan tersebut.

Toshi juga merasakan hal serupa terhadap Jane. 

"Saya tidak pernah merasa lebih takut untuk kehilangan dia, ketika kami berada di dalam kereta dari Bandara Narita."

"Bayangkan saja, saya rasa Jane hanya berbicara tak lebih dari tiga kata saat kami berada dalam perjalanan itu," ungkap Toshi. 

Apa yang dapat kita dan pasangan kita lakukan?  

Berusahalah untuk mengetahui dan mengenali perbedaan dalam diri kita di antara bahasa-bahasa itu.

Lihat juga pada pasangan kita. Bicarakan apa arti perbedaan ini, dan bagaimana perasaan kita tentang masalah yang mungkin dia hadapi.

Tapi jangan terlalu memaksakannya. Kita tidak bisa memaksa perubahan mendadak dan kita tidak bisa mengharapkan orang untuk selalu menjadi seperti yang kita ingin.

Memahami dari mana asalnya, dan membuat perubahan kecil dalam rutinitas harian untuk membentuk hubungan yang seimbang antara "kesempurnaan yang dia harapkan" dan "standar normal bagi dia".

Langkah itu adalah perkembangan alami yang akan membantu lahirnya rasa nyaman dalam hubungan.

Dengan begitu, saat kita kembali kerutinitas perasaan "asing" mengapa kita bersama dia, tak akan muncul.

2. Memahami dan menghargai kedua budaya secara setara

Ketika kita secara alami cenderung menghargai pengalaman dan kebiasaan kita sendiri, dan  memperlakukan pengalaman pasangan dengan 'kurang hormat', maka tak akan pernah ada hasil positif dalam hubungan itu. 

Pengalaman yang dialami pasangan Sarah dan Masa bisa menjadi pelajaran.

Sarah adalah seorang perempuan dengan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu, tapi dia pun mampu berbicara dalam bahasa Jepang.

Sementara Masa adalah lelaki Jepang, yang juga mampu berbicara dalam bahasa China.

Dengan demikian, bahasa percakapan pasangan ini  umumnya memakai bahasa Jepang.

Masalah kerap hinggap pada Sarah, yang kadang kesulitan dengan kosa kata dan 'rasa', ketika berkomunikasi dengan Masa, atau dalam hal lain.

Sarah pun berjuang untuk menemukan padanan dalam bahasa Inggris yang setara. Hal ini paling sering terjadi saat mereka menonton TV atau film bersama.

"Terkadang seorang komedian mengatakan beberapa ungkapan yang terdengar sangat biasa, enggak lucu bagi saya."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com