Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/03/2018, 12:42 WIB
Editor Wisnubrata

DHULIKHEL, KOMPAS.com - Mendengar nama Panda, kebanyakan orang akan membayangkan beruang lucu dengan warna putih dan hitam yang sering diwujudkan dalam bentuk boneka. Namun tahukah kamu siapa pemilik nama "Panda" pada awalnya?

Ya, sebutan itu sebenarnya dimiliki oleh mamalia sebangsa racoon atau musang yang bernama red panda (Ailurus fulgens). Hewan yang mukanya seperti mengenakan topeng dengan bulu kemerahan ini hidup di timur Pegunungan Himalaya dan barat daya China.

Oleh orang setempat, di kawasan Nepal, hewan itu disebut "nigalya ponya" alias pemakan bambu. Namun para pendatang dari Eropa mendengar "ponya" sebagai panda. Maka sampai saat ini, mereka disebut red panda.

Sedangkan hewan lain yang semula dikira berkerabat dekat dengannya karena sama-sama seolah memakai topeng, dikenal dengan giant panda, atau populer dengan sebutan panda.

Lalu mengapa panda yang besar jadi lebih populer? Tentu ada beberapa sebab. Namun salah satunya adalah karena red panda termasuk hewan pemalu. Sulit menemukan hewan ini di habitat aslinya karena mereka suka bersembunyi.

Selain itu, mereka hidup di wilayah Himalaya dalam jumlah yang makin menyusut karena tempat hidupnya berkurang dan mengalami kerusakan. Habitat yang rusak dan terpencar membuat hewan ini sulit berkembang biak karena sukar menemukan pasangan.

Karena jumlahnya semakin menurun, banyak organisasi berusaha menyelamatkan hewan seukuran musang ini, salah satunya adalah Red Panda Network (RPN).

Organisasi di Nepal ini berusaha melindungi red panda dan habitatnya dengan berbagai cara, antara lain memberi pengetahuan pada warga sekitar agar ikut menjaga kelestarian tempat tinggal red panda serta memperbaiki hutan yang terpetak-petak akibat pembangunan dan penebangan.

"Saat ini habitat red panda masih terkotak-kotak karena ada bagian yang ditebang untuk pembangunan. Padahal mereka memerlukan area yang luas untuk hidup dan berkembang biak," ujar Damber Bista, program manager RPN di Dhulikhel, Nepal, Selasa (6/3/2018).

"Kami harus menghutankan kembali sebagian area agar bisa menjadi tempat tinggal yang layak bagi red panda. Namun itu perlu waktu dan biaya," lanjutnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com