Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/04/2018, 09:50 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Semua orang tahu manfaat kesehatan dari berolahraga. Namun, beberapa orang yang melakukan olahraga secara rutin – bahkan atlet sekalipun, ada yang meninggal mendadak saat atau setelah olahraga.

Kejadian itu sontak membuat orang bertanya-tanya, apa benar olahraga malah memicu kematian mendadak? Apakah penyebabnya karena jantung berhenti atau serangan jantung?

Serangan henti jantung berbeda dengan serang jantung biasa, meskipun keduanya bisa menyebakan jantung gagal berfungsi sebagai mana mestinya dan menyebabkan kematian.

Serangan henti jantung atau istilah medisnya disebut dengan sudden cardiac arrest (SCA) adalah berhentinya detak jantung secara medadak yang disebabkan adanya gangguan aliran listrik di jantung, sehingga menghambat aktivitas pemompaan darah dan menghentikan sirkulasi darah dalam tubuh.

Umumnya seseorang yang terkena serangan henti jantung saat berolahraga dikarenakan telah memiliki riwayat penyakit jantung ini, hanya saja mereka tidak menyadari hal tersebut.

Sedangkan serangan jantung atau heart attack kebanyakan disebabkan oleh penyakit jantung yang berlangsung kronik dalam waktu lama.

Serangan ini terjadi karena adanya penyumbatan mendadak di dalam pembuluh darah koroner sehingga aliran darah ke otot jantung menjadi terhambat dan akhirnya merusak otot jantung.

Orang dengan riwayat serangan jantung sebelumnya akan memiliki risiko untuk mengalami henti jantung mendadak.

Baca juga : Berbagai Penyebab Serangan Jantung di Usia Muda

Apa penyebab henti jantung saat olahraga?

Pada usia muda (di bawah 35 tahun), penyebab kematian mendadak saat olahraga umumnya akibat terjadinya SCA, bukan serangan jantung. Ini disebabkan karena hipertropik kardiomiopati.

Kardiomiopati adalah suatu penyakit genetik yang menyebabkan terjadinya penebalan tidak normal di otot-otot jantung.

Sedangkan, penyebab kematian mendadak pada usia yang lebih tua berbeda – lebih dari 50 tahun, umumnya disebabkan karena mereka memiliki penyakit jantung koroner dan pernah mengalami serangan jantung sebelumnya.

Serangan jantung mengakibatkan beberapa otot jantung mati dan sekaligus mengganggu aliran listrik jantung. Maka tidak heran, bila di kemudian hari mereka menjadi rentan mengalami SCA.

Saat melakukan aktivitas olahraga, semua otot bergerak, termasuk otot jantung. Ketika melakukan olahraga dengan intensitas tinggi, seseorang yang memiliki faktor kardiomiopati, otot jantungnya akan semakin menebal saat olahraga.

Hal ini membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa oksigen dan aliran listrik menjadi terganggu.

Nah, biasanya banyak orang yang tidak menyadari hal tersebut karena sebelumnya tidak merasakan keluhan. Sehingga ketika seseorang melakukan olahraga terutama olahraga kompetitif dengan intensitas tinggi seperti sepak bola, futsal, tenis, ataupun lari maraton, jantung akan memompa dengan keras.

Dan terkadang, pada mereka yang kurang beruntung (sekitar 1% dari populasi), jantung berhenti mendadak dan mengakibatkan kematian.

Baca juga : 5 Faktor Tak Terduga yang Picu Penyakit Jantung

Ilustrasi nyeri dadadobok Ilustrasi nyeri dada
Olahraga bukan pemicu utama serangan henti jantung

Menurut Journal Of The American College Of Cardiology, sebanyak 52 serangan jantung terjadi di tempat olahraga biasa, 84 peristiwa di tempat olahraga alternatif, dan sebanyak 713 kasus serangan jantung lainnya terjadi di tempat-tempat yang tidak berhubungan dengan olahraga.

Dalam Journal of American Medical Association, disebutkan bahwa risiko terkena penyakit jantung yang ditimbulkan akibat aktivitas fisik sangat rendah.

Yang lebih penting lagi, penelitian tersebut menemukan bahwa risiko kelangsungan hidup seseorang saat melakukan aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin menurunkan risiko mengalami serangan jantung sekitar 45 persen dibandingkan dengan orang sehat yang jarang berolahraga.

Jadi, bukan olahraganya yang menyebabkan seseorang terkena serangan jantung. Pasalnya, rutin beraktivitas terbukti dapat menurunkan risiko kematian mendadak saat berolahraga, entah karena serangan jantung biasa maupun henti jantung.

Hal ini dikarenakan tubuh sudah terbiasa untuk beradaptasi dengan peningkatan aktivitas tubuh. Pengendalian faktor risiko tersebut diperlukan untuk menurunkan faktor risiko terjadinya henti jantung saat berolahraga.

Baca juga : Benarkah Bermain Sepakbola Berisiko untuk Jantung?

Tips menghindari henti jantung saat berolahraga

Sesuai yang sudah dijabarkan di atas, itu sebabnya sangat penting bagi kita untuk melakukan deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan jantung. Terutama jika memang memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit jantung dan kerap merasakan gejala seperti sesak napas, nyeri dada, pusing, dan lemas.

Mereka yang memiliki faktor risiko penyakit jantung, ada baiknya untuk selalu melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum berolahraga.

Mulailah melakukan olahraga dengan aktivitas yang ringan-ringan dahulu. Pasalnya hal tersebut akan membantu jantung menyesuaikan aktivitas secara perlahan.

Setelah selesai olahraga, jangan lupa untuk melakukan pendinginan secara perlahan-lahan dengan memperlambat kecepatan. Jangan berhenti tiba-tiba.

Langsung duduk, diam berdiri, ataupun berbaring setelah berolahraga bisa membuat kita merasa pusing atau bahkan jantung berdebar-debar.

Hal yang terpenting lainnya adalah memperhatikan faktor apa saja yang memicu seseorang terkena serangan jantung. Seperti menghilangkan kebiasaan merokok, makanan yang tidak sehat, malas berolahraga, stres, kurang tidur, minum alkohol ataupun hal lainnya. Itu sebabnya sangat penting untuk menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Jika kamu memiliki penyakit jantung, bukan lantas kamu tidak boleh berolahraga sama sekali. Konsultasikanlah dengan dokter mengenai seberapa berat intensitas olahraga yang boleh dilakukan. Selama tidak melebihi kapasitas jantung, kamu dapat berolahraga dengan aman.

Baca juga : 9 Kebiasaan yang Wajib Diterapkan untuk Menjaga Kesehatan Jantung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com