BrandzView
Halaman ini merupakan kerja sama antara Prodia dan Kompas.com

Kanker Serviks Bisa Dicegah dan Disembuhkan, Bagaimana Caranya?

Kompas.com - 10/04/2018, 15:34 WIB
Aningtias Jatmika,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Sumber kompas.com

KOMPAS.comKanker serviks merupakan salah satu pembunuh utama perempuan Indonesia. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan jumlah kasus kanker serviks terbanyak di Asia Tenggara.

Sebagaimana tertulis dalam Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan 2015, data Globocan tahun 2012 menunjukkan, setiap harinya ada 26 wanita di Indonesia yang meninggal akibat kanker serviks.

Itu berarti setiap jam setidaknya ada seorang perempuan Indonesia “terbunuh” oleh penyakit yang disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini.

Kondisi ini tampaknya belum banyak berubah hingga sekarang. Kanker serviks masih jadi pembunuh yang mematikan bagi kaum perempuan. Tentu belum lekang dari ingatan bagaimana artis Julia Perez akhirnya menyerah melawan penyakit ini.

(Baca juga: Belajar dari Kisah Jupe, Deteksi Dini Itu Penting!)

Kanker adalah sel tubuh yang mengalami mutasi (perubahan) dan tumbuh tidak terkendali pada bagian tubuh manusia, termasuk pada leher rahim (serviks).

Gejala kanker serviks biasanya mulai terlihat jelas pada stadium lanjut. Gejala ini dapat berupa pendarahan tidak normal pada vagina yang terjadi setelah berhubungan intim, di luar masa menstruasi, atau setelah menopause. Cairan yang keluar umumnya berwarna merah muda, cokelat, dan pucat.

Siklus menstruasi yang berubah, misalnya lebih dari waktu normal selama tiga bulan berturut-turut atau pendarahan yang sangat banyak, juga patut diwaspadai sebagai salah satu gejala kanker serviks.

Deteksi dini

Gejala-gejala ini sebenarnya baru muncul ketika kanker sudah memasuki stadium lanjut. Oleh sebab itu, penderita kanker serviks sering kali terlambat mendapatkan perawatan intensif.

Padahal, kanker serviks termasuk kanker yang paling bisa dicegah dan disembuhkan dibandingkan jenis kanker lain asalkan diketahui sejak stadium awal.

Deteksi dini sudah terbukti ampuh untuk menindaklanjuti kanker sebelum berubah menjadi kanker invasif yang makin sulit disembuhkan.

Pendeteksian kanker bisa dilakukan dengan pemeriksaan pap smear, tes inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), atau HPV-DNA. Tes deteksi dini ini dapat dengan mudah dilakukan masyarakat, misalnya di klinik laboratorium Prodia.

Kompas.com, Sabtu (12/9/2009) menulis, pap smear dilakukan dengan mengusap mulut rahim dan sedikit leher rahim menggunakan sikat kecil dan halus.

Hasil pengusapan ini kemudian akan ditetesi pewarna khusus dan diperiksa di bawah mikroskop guna mendeteksi apakah sel-sel epitel mulut rahim masih dalam batas normal atau malah sebaliknya.

Tes IVA sebenarnya mirip dengan pap smear. Tes ini dilakukan dengan memoles mulut rahim menggunakan asam asetat. Dari situ akan terlihat apakah ada kelainan berupa area warna putih yang diindikasikan sebagai tanda kanker serviks.

Sementara itu, pemeriksaan HPV-DNA merupakan tes lanjut bila hasil pap smear tidak jelas atau membingungkan. Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah menyetujui dilakukannya pemeriksaan HPV-DNA bersama-sama dengan pap smear sebagai pemeriksaan primer kanker serviks, terutama bagi wanita di atas usia 30 tahun.

(Baca juga: Tak Perlu Tunggu Tua untuk “Medical Check-Up”!)

HPV-DNA merupakan pemeriksaan molekular dengan menggunakan metode hybrid capture II guna mendeteksi adanya DNA human papilloma virus (HPV) tipe risiko tinggi pada bahan pemeriksaan yang diambil dari serviks Setidaknya ada 13 jenis HPV risiko tinggi yang dapat dideteksi oleh pemeriksaan HPV-DNA.

Selain deteksi dini, tindakan preventif lain tentu diperlukan agar usaha memerangi pembunuh mematikan perempuan Indonesia ini semakin maksimal.

Di antaranya, melakukan vaksin HPV, menjaga pola makan sehat, menghindari rokok dan minuman beralkohol, rutin berolahraga,

Sumber kompas.com

komentar di artikel lainnya
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com