Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2018, 10:10 WIB
Nabilla Tashandra,
Wisnubrata

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Food blogger kini menjadi satu kegiatan yang telah menjadu profesi. Jumlah food blogger tanah air yang eksis di media sosial seperti Instagram pun semakin banyak.

Hal itu diakui oleh salah satu food blogger ternama, Rivan Bunnito yang lebih dikenal dengan akun @daddykuliner.

"Banyak banget sekarang. Soalnya ini jadi satu kerjaan baru yang penghasilannya juga lumayan," tutur Rivan di sela Jelajah Gizi 2018 kepada Kompas Lifestyle.

Rivan pun berbagi sejumlah tips bagi kamu yang tertarik menjadi food blogger. Salah satu tips utamanya adalah memiliki konten-konten yang menarik.

Seperti proses memasak sebuah masakan, cara makan, hingga cara menikmati makanan yang bisa menggugah selera.

Untuk membawakannya, kita juga bisa belajar dari banyak food blogger lainnya yang sudah eksis.

Mengenai jenis unggahannya, Rivan menilai video lebih menarik ketimbang foto. Namun, ia juga mengunggah foto pada laman Instagramnya.

"Video ada story tellingnya, pergerakan dan suaranya," kata dia.

Dalam mengomentari sebuah makanan atau minuman, spontanitas dinilainya sebagai hal yang wajib. Sebab, ekspresi makan saat berkomentar akan lebih alami ketimbang pernah mencoba sebelumnya.

"Kalau sudah pernah kan kesannya beda dengan pertama kali," ujar Rivan.

Judul yang diberikan juga menambah nilai dari sebuah unggahan. Misalnya pada platform YouTube, Rivan pernah mengunggah video soal Nasi Goreng Kebon Jeruk, Jakarta.

Judul yang sederhana belum tentu mengundang penasaran khalayak. Ia pun memilih judul lain yang lebih menarik.

"Gue bikin judul 'Sekali Masak 300 Porsi Nasi Goreng', itu jadi click bait juga sih," tuturnya.

Hal lainnya yang juga penting adalah fokus atau spesialisasi. Rivan sendiri memilih kategori street food karena ingin membuat jajanan Indonesia lebih terangkat.

"Ada yang lebih suka makanan mahal, ada yang karakternya enggak suka makanan manis, pedas," kata Rivan.

Interaksi dengan followers menurutnya juga sangat penting terutama untuk algoritma Instagram. Dengan banyaknya komentar, maka akan membuat kemungkinan unggahan tersebut masuk ke 'explore Instagram' semakin besar.

Followers juga cenderung senang jika kita membalas komentar mereka.

"Kalau ada followers saya balas kan ada interaksi, jadi kalau saya posting lagi dia kemungkinan mau komentar lagi. Tapi kalau saya cuekin, pasti nantinya akan malas dan skip postingan itu. Psikologi saja. Bikin akun juga kan sebenarnya buat komunikasi," ucap dia.

Hal terakhir, adalah jujur terhadap setiap unggahan di media sosial.

Jika makanan atau minuman yang dicoba kurang enak, Rivan memilih untuk tak mengunggahnya ketimbang memberikan komentar yang tidak jujur.

Sebab, jika followers sudah sekali "tertipu" dengan rasa jajanan yang kita unggah maka mereka seterusnya tak percaya.

Jika wajib mengunggahnya ke media sosial, cara lainnya yang lebih sopan adalah dengan tak menyertakan rasa jajanan tersebut.

"Bisa hanya infokan ada restoran baru, menunya apa. Atau ajak ibu saya, ibu saya suka makanannya. Enggak apa-apa, kan ibu saya yang suka, bukan saya. Jadi bisa juga infokan saja, enggak usah ceritain rasanya," kata Rivan.

Bagaimana, sudah tertarik jadi food blogger?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com