Mula-mulanya perwakilan petani datang ke Rosso dan bertemu Andreas dengan membawa green bean.
Setelah dikoreksi oleh Andreas dan masih terdapat beberapa defect, petani tersebut pulang lalu kembali lagi setelah sembilan bulan.
“Saya kaget, bagus ini kopinya,” ungkap Andreas.
Dia pun memutuskan untuk mengambil hampir setengah panen para petani kopi di sana.
Lambat laun, produksi mereka pun berkembang, salah satunya setelah diberikan masukan oleh Andreas dan kawan-kawan.
“Bisa dibilang ini salah satu yang spesial,” katanya.
Bukan spesial bagi Rosso, juga para petani kopi di daerah tersebut yang kian berkembang hingga saat ini.
Bebas coret-coret
Nah, selain sangrai, kedai kopi ini juga punya ciri khas lain, yakni bebas mencoret-coret dinding.
Digagas sejak Agustus 2014 lalu, kini hampir semua dinding Rosso Micro Roastery dipenuhi oleh ragam coretan.
Misalnya tulisan kalau mereka sudah pernah di sini, gambar kreatif hingga kata-kata mutiara.
Tak jarang para orangtua yang mengajak anaknya juga memberikan kebebasan untuk mencoret-coret dinding warung kopi ini.
“Dan saya pikir keunikan itu perlu,” kata Andreas.
Terjangkau
Soal rasa, Rosso Micro Roastery pun boleh diadu.