Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Mahakarya Batik 3 Negeri yang Melegenda...

Kompas.com - 30/10/2018, 08:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Dalam sebuah sesi talkshow bersama keluarga Tjoa, Sabtu (27/10/2018) lalu, Tjoa Siang Swie -salah satu generasi ketiga keluarga Tjoa, menjelaskan, inovasi dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar.

Karena Batik Tiga Negeri laku keras di tanah Sunda, maka mereka menciptakan inovasi dengan latar warna merah, warna kesukaan masyarakat di daerah tersebut.

"Supaya orang tidak jenuh. Karena kebanyakan kan sudah memiliki semua jenisnya, jadi kami ciptakan (isen) macam-macam supaya yang sudah punya dan belum punya beli juga."

Begitu kata Siang Swie dalam sesi talkshow yang digelar di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan itu.

Daerah di Jawa Barat yang paling menggemari Batik Tiga Negeri antara lain Bandung, Garut dan Tasikmalaya.

Baca juga: Membedakan Batik Tulis dan Cetak Lewat Bau Kain hingga Corak

Batik Tuga Negeri digunakan hampir pada setiap siklus kehidupan masyarakat Sunda di Jawa Barat.

Seperti kelahiran, peningset, hingga menjadi bagian dari seserahan yang dibawa calon pengantin laki-laki kepada calon pengantin perempuan para rangkaian upacara pernikahan.

Namun, saat ini tak hanya masyarakat Sunda di Jawa Barat yang terpikat dengan kecantikan Batik Tiga Negeri.

Batik legendaris tersebut kini mendapat tempat istimewa di hati para pencinta batik Indonesia.

Berhenti produksi di 2014

Batik Tiga Negeri buatan keluarga Tjoa telah diproduksi selama tiga generasi, mulai 1910 hingga 2014.

Seperti lazimnya usaha yang dikelola oleh keluarga peranakan, usaha batik keluarga Tjoa kemudian dilanjutkan oleh kedua anak laki-laki mereka.

Para istri dari anak laki-laki Tjoa diajarkan membatik langsung oleh Ny. Tjoa Giok Tijam.

Setelah pandai membatik, para nyonya inilah yang memegang peranan penting dalam produksi batik.

Baca juga: Go Tik Swan, Menyatukan Indonesia Lewat Batik

Sedangkan, para suami berperan sebagai peracik warna, sebab resep racikan warna hanya diwariskan kepada anak laki-laki.

Tradisi ini berlangsung dari generasi ke generasi.

Batik Tiga Negeri yang diproduksi oleh masing-masing generasi memiliki ciri khas tersendiri.

Generasi pertama dan kedua, misalnya, cenderung masih mempertahankan ciri Batik Tiga Negeri klasik dengan tata warna merah, biru, dan soga serta latar ukelan.

Motif binatang, tanaman dan bunga- bunga berukuran kecil masih dijumpai pada latar kain, tersebar di antara motif utama buketan.

Sementara generasi ketiga sudah lebih banyak melakukan inovasi, terutama dalam tata warna dan isen-isen latar atau tanahan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com