Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Mahakarya Batik 3 Negeri yang Melegenda...

Kompas.com - 30/10/2018, 08:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sayangnya, Batik Tiga Negeri keluarga Tjoa berhenti produksi pada akhir tahun 2014. Batik Tiga Negeri keluarga Tjoa pun kini kian langka.

Tjoa Siang Swie merupakan generasi terakhir yang memproduksinya.

Baca juga: Rayakan Kemerdekaan, Kunjungi Pameran Batik Peranakan

Selain karena usia yang tidak muda (Siang Swie berusia 75 tahun, istrinya Sie Hing Kwan berusia 70 tahun), kesulitan mencari tenaga kerja menjadi hambatan lainnya.

Sulit

Siang Swie mengatakan, tidak mudah mencari orang-orang yang mampu membuat batik sesuai standar Batik Tiga Negeri keluarga Tjoa.

"Kadang kan batik ada yang kasar. Kalau batik kita jadi kasar kan ya enggak mau, halus supaya bisa memenuhi standar kita."

"Cari itu sulit sekali, mengajari tidak semudah itu," kata dia.

Proses pembuatan Batik Tiga Negeri memang tidaklah mudah, dan dibutuhkan waktu yang lama.

Pengerjaannya bisa mencapai waktu delapan bulan untuk satu kain dan dikerjakan oleh banyak orang.

Selain itu, harus dipastikan bahwa batik dikerjakan dengan baik pada setiap proses.  "Banyak yang sudah enggak mau, lari ke pabrik, kantor," ucapnya.

Hing Kwan menambahkan, ketersediaan bahan juga menjadi kendala lainnya. Ditambah lagi dengan biaya produksi yang semakin tinggi.

Baca juga: Menengok Perjalanan Batik Danar Hadi di Solo

Pada bulan-bulan akhir masa produksi, pihaknya hanya menghasilkan 46 kain dalam sebulan.

Padahal, keluarga Tjoa sebelumnya bisa memproduksi hingga 200-250 kain batik setiap bulannya.

Hanya saja, jumlah tersebut memang tidak pasti.

"Cost-nya lama-kelamaan menjadi mahal. Lalu kami putuskan berhenti," tutur Hing Kwan.

Ketika memutuskan untuk berhenti produksi, Siang Swie dan istri memang agak berberat hati. Apalagi produksi Batik Tiga Negeri keluarga Tjoa sudah dilakukan sejak 1910.

"Iya sayang. Tapi karena kendala tenaga kerja, bahan, kami sudah tua, ya sudah gimana lagi, kami memutuskan berhenti," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com