Memasuki tahun 2011, ia mendapatkan kabar mengejutkan.
Bisnis sang ayah sebagai kontraktor, bangkrut dan meninggalkan utang Rp 2 miliar.
Tak ingin menjadi beban orangtua, ia berniat untuk putus kuliah, namun dilarang sang ibu.
Akhirnya, ia mengambil cuti kuliah selama 1,5 tahun sambil mengumpulkan uang untuk membayar kuliah.
“Sesekali saya menerima bantuan dana dari dua kakak saya,” imbuhnya.
Saat itu, dia juga mengirimkan proposal ke premium store. Proposalnya diterima dan mereka bekerjasama dengan sistem consignment.
Tangguh langsung membangun bengkel dengan empat karyawan.
Ia pun ikut belajar membuat sepatu, dari mulai narik, pasang sol, dan lainnya. Namun ia tidak belajar sampai mahir, sebab fokusnya adalah pengembangan desain.
Memasuki tahun 2013, ia kembali dilanda kegalauan. Tangguh mengaku bingung mau dibawa ke mana sepatu kreasinya.
Baca juga: Sagara, Melawan Bot “Asing” di Pasar Dunia dengan Nama Lokal...
Sebab selama itu, ia mengerjakan berbagai jenis sepatu, mulai dari sneaker, slip on, dan lainnya, dengan harga yang beragam dari Rp 300.000-700.000.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.