Keempat harpa tersebut yakni harpa motif toraja, harpa mega mendung, harpa kawung, dan harpa dewi sri.
Dipadupadankan dengan dentingan harpa yang khas dan “surgawi”, kombinasi audio-visual ini membentuk suatu konsep original yang disebut dengan Harpa Nusantara.
“Konsep ini akan direpresentasikan melalui konser yang akan digelar pada 30 September 2019 di Gedung Pertunjukan Rumentang Siang Bandung,” ucap Sisca.
Pada penampilannya nanti, ia akan memainkan beberapa jenis harpa Nusantara dan tampil bersama kelompok karawaitan dengan musik yang dirancang Iman Ulle.
“Harpa yang saya buat ini memiliki senar silang, berbeda dengan harpa umumnya. Di Indonesia, gak ada yang main (harpa silang) selain saya,” ucap dia.
Video: Angela, Pemain Harpa yang Jago Nyanyi
Sesuai dengan konsep “membumikan”, harga harpa yang dibuatnya lebih ekonomis, cara memainkannya lebih praktis, begitu pun dalam hal perawatan.
Meski demikian, aura harpa ini tetap mahal. Terutama dengan motif Nusantara yang melekat pada harpanya.
Tahun 2009, Sisca meminta bantuan pendiri gitar Genta dan Secco, Ki Anong Naeni, untuk membuat harpa Toraja.
Prototipe ini, walau hanya meniru harpa impor milik Sisca buatan Australia, ternyata terbentur banyak kendala.
Sebagian besar kayu harpa secara bergantian mengalami retak bahkan patah. Bahkan hanya beberapa jam setelah senar dikencangkan, sehingga harus mengganti dan membuat ulang.
Hingga akhir hayatnya tahun 2014, Ki Anong belum berhasil memperbaiki harpa Toraja agar bisa layak dimainkan.
Barulah di masa Awan Abu Sofyan, cucu almarhum, harpa ini selesai.
“Harpa Toraja ini selalu gagal (dibuat) selama 10 tahun. Dari prototipe awal, hanya bagian pilar ukirnya yang bertahan,” tutur dia.