Lebih miris lagi, tenaga kesehatan sama sekali buta dengan istilah ‘cross promotion’ alias promosi silang – dimana jejeran produk dari perusahaan yang sama saling memberi pengaruh bagi calon konsumen.
Dengan desain kaleng atau tampilan kardus yang mirip, susu lanjutan anak balita dan susu formula bayi hampir tidak ada bedanya.
Memperkenalkan ibu hamil untuk minum susu saja bisa jadi batu loncatan susu bagi bayinya di kemudian hari.
Pemangku kebijakan dan pelaksana aturan di semua sektor sudah waktunya duduk bersama untuk saling mendukung, menjadi jelas tujuan pembangunan manusia unggul itu indikatornya apa dan arahnya kemana.
Baca juga: Resep Kebahagiaan: Jiwa dan Raga di Usia yang Sama
Jika tidak, masyarakat menjadi bingung dan pelaku ekonomi kian beruntung karena bisa melakukan apa saja tanpa aturan yang disepakati bersama.
Cepat atau lambat, suka atau tidak suka, bangsa kita sedang mengalami transformasi besar. Mencetak sumber daya manusia unggul bukanlah pekerjaan satu malam.
Dengan belajar dari jatuh bangunnya negara-negara lain yang sudah lebih dahulu maju, kita tidak perlu harus terseret mengalami kesalahan yang sama berharga mahal.
Sama mahalnya seperti buang uang seminar berulang kali soal penanggulangan stunting dan pemberantasan penyakit katastropik di hotel-hotel bagus, dengan foto-foto semringah para pesertanya terpajang di media sosial.
Sementara di luar sana, tetap saja perang spanduk rokok saling mempertontonkan harga murah terjangkau untuk perokok pemula dan waralaba makanan minuman tinggi gula pun kian menggila.
Baca juga: Ironi Korelasi antara Ekonomi dan Literasi Gizi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.