Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengupas Hubungan Hipertensi, Penyakit Jantung, dan Stroke

Kompas.com - 19/02/2020, 06:10 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hipertensi adalah istilah medis untuk kondisi tekanan darah tinggi.

Kondisi ini terjadi ketika pembuluh darah tidak cukup rileks dan menciptakan resistensi lebih tinggi terhadap pemompaan darah melalui sistem peredaran darah.

Sehingga, tekanan darah tinggi memainkan peran penting dalam kesehatan jantung.

Sekitar 70 persen orang Amerika Serikat yang terkena gagal jantung kronis, dan 80 persen yang mengalami stroke, juga mengidap tekanan darah tinggi.

Baca juga: Agar Tak Jadi Komplikasi, Ini 6 Penanganan Hipertensi yang Tepat

Fakta tersebut ditemukan Centers for Disease Control and Prevention, AS.

Hubungan hipertensi dan penyakit jantung

Ketika seseorang terkena hipertensi, pembuluh darahnya menebal dari tekanan darah yang mengalir dengan paksa. 

Demikian dijelaskan Icilma Fergus, MD, ahli jantung di Mount Sinai Medical Center.

Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku, membuat jantung bekerja lebih keras untuk terus memompa darah.

Baca juga: Waspadai Gagal Jantung! Ketahui Ciri-ciri Sakit Jantung

Nah, terlalu banyak stres pada jantung bisa memicu berbagai jenis penyakit jantung, antara lain:

Penyakit arteri koroner

Pembuluh darah yang lebih tebal dan sempit terkait tekanan darah tinggi memudahkan plak menumpuk di dinding arteri.

Jika akumulasi plak di arteri mengarah ke jantung, itu menyebabkan penyakit arteri koroner, berujung pada serangan jantung atau gagal jantung.

Sebuah studi di India menemukan, orang dewasa yang mengalami hipertensi 11 kali lebih mungkin mengembangkan penyakit arteri koroner.

Serangan jantung

Saat arteri menumpuk dengan plak, gumpalan darah lebih mudah terbentuk.

Gumpalan ini menghalangi aliran darah ke jantung dan mencegahnya mendapat oksigen serta nutrisi yang dibutuhkan, merusak otot jantung, hingga mengakibatkan serangan jantung.

Baca juga: Meninggal Mendadak Tak Selalu karena Serangan Jantung

Sekitar 70 persen orang AS yang terkena serangan jantung pertama, juga akan memiliki tekanan darah tinggi.

Gagal jantung

Stres akibat tekanan darah tinggi membuat ukuran jantung lebih besar dan kurang efisien.

Ini dapat menyebabkan gagal jantung, atau kondisi saat jantung tidak bisa memberikan cukup darah ke tubuh.

Satu studi di Massachusetts mengungkap, 91 persen dari mereka yang mengalami gagal jantung juga menderita hipertensi.

Hubungan hipertensi dan stroke

Ada dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan hemoragik.

Stroke iskemik lebih sering terjadi dibandingkan stroke hemoragik -hanya sekitar 13 persen dari kasus stroke.

Namun, hipertensi sangat terkait dengan kedua jenis stroke tersebut.

Baca juga: Gaya Hidup Sehat untuk Kurangi Risiko Stroke, Apa Saja?

Stroke iskemik

Saat gumpalan darah terbentuk di arteri yang mengarah ke otak, hasilnya adalah stroke iskemik.

Tanpa pasokan darah yang cukup ke sel-sel otak atau neuron, mereka akan berhenti bekerja dan merusak fungsi vital tubuh kita.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi menyumbang sekitar 40-50 persen dari stroke iskemik.

Demikian dikatakan Julius Gene Latorre, MD, ahli saraf vaskular di Upstate University Hospital.

Stroke hemoragik

Pada beberapa kasus, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah pecah.

Jika pembuluh darah pecah di otak, itu disebut stroke hemoragik, dan darah bisa bocor ke dalam tempurung kepala serta merusak jaringan otak.

Baca juga: Stroke di Usia Muda, Kok Bisa? Ini 7 Pemicunya...

Studi menemukan, hipertensi meningkatkan kemungkinan stroke hemoragik sekitar 10 kali.

Menurunkan tekanan darah membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke

Terlepas dari bahaya hipertensi, Center for Disease Control and Prevention memperkirakan, 11 juta orang dewasa di AS tidak tahu mereka memiliki hipertensi.

Kita tidak dapat merasakan tekanan darah tinggi, karena itu American Heart Association menyebutnya sebagai "silent killer".

"Kecuali seseorang memiliki perawatan medis rutin dan menjalani pemeriksaan, kita tidak sadar memiliki tekanan darah tinggi, sampai kita mendapat konsekuensi yang tidak menguntungkan."

Demikian diungkapkan Usman Baber, MD, ahli jantung di Icahn School of Medicine Mount Sinai.

Kendati demikian, ada beberapa faktor risiko yang umum. Menurut Lattore, sekitar 60 persen orang berusia 60 tahun atau lebih memiliki hipertensi.

Baca juga: Punya Hipertensi, Hindari Begadang dan Stres

Seiring bertambahnya usia, adalah ide baik untuk menjaga tekanan darah.

Jika kita terkena hipertensi, mengobatinya dapat memiliki efek kuat pada kesehatan.

Sebagai contoh, penelitian telah menemukan, mengurangi tekanan darah sistolik sebesar 10 poin dikaitkan dengan risiko kematian karena stroke 50-60 persen lebih rendah.

Risiko kematian karena penyakit arteri koroner juga menurun, yaitu sekitar 40-50 persen lebih rendah.

Guna mengobati hipertensi dan menurunkan risiko stroke atau penyakit jantung, Fergus mengatakan, kita harus olahraga teratur, konsumsi makanan rendah garam dan tinggi kalium, serta tidak merokok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com