KOMPAS.com - Kehidupan manusia di seluruh dunia berubah secara drastis akibat pandemi Covid-19 dan entah sampai kapan situasi ini akan kembali "normal".
Saat ini, banyak negara dan pemerintah daerah menerapkan metode berbeda untuk menahan penyebaran virus corona baru, sembari mengupayakan masyarakat tetap beraktivitas namun dengan penyesuaian tertentu.
Sejumlah negara sedang menguji teknik baru untuk meringankan aturan pembatasan sosial tanpa memicu infeksi gelombang kedua. Sedangkan negara-negara lain mencoba strategi radikal untuk menghentikan jumlah kasus penularan.
Ruang kelas 2.0
Di banyak negara, sekolah mulai dibuka kembali, sehingga orangtua dapat kembali bekerja dan anak-anak melanjutkan pendidikan mereka.
Denmark menunjukkan bagaimana hal itu dapat dilakukan, dimulai dengan siswa berusia di bawah 12 tahun.
Pembatasan jarak fisik tetap dilakukan dengan membagi halaman sekolah menjadi beberapa bagian dengan isolas. Meja kelas ditempatkan dalam jarak dua meter.
Baca juga: Denmark Longgarkan Lockdown, Para Orangtua Menolak Kembali Sekolahkan Anak-anaknya
Anak-anak datang dan beristirahat dengan jeda waktu lama, mencuci tangan saat datang dan diulangi setiap dua jam, serta tetap berada di luar ruangan sebanyak mungkin.
Permukaan termasuk wastafel, dudukan toilet, dan gagang pintu didesinfeksi dua kali sehari.
Republik Ceko juga telah memulai fase yang dimulai dengan siswa tahun terakhir di perguruan tinggi dan universitas, yang diikuti siswa sekolah dasar, dan siswa sekolah menengah untuk konsultasi satu demi satu.
Kartu kekebalan tubuh
Chile akan mulai mengeluarkan kartu kekebalan digital minggu ini kepada orang-orang yang telah pulih dari virus corona, menurut pengumuman dari pejabat kesehatan pada Senin (20/4/2020).
Kartu yang disebut "Kartu Covid" itu akan diberikan kepada orang yang positif terkena virus dan mereka yang telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah karantina 14 hari.
Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, mengatakan awal bulan ini Inggris sedang meninjau gagasan "sertifikat kekebalan" untuk memungkinkan mereka yang memiliki antibodi kembali ke kehidupan normal.
Anthony Fauci, direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases di AS, juga sedang mempertimbangkan hal serupa.
Fauci mengatakan, ide warga Amerika yang membawa sertifikat kekebalan guna membuktikan mereka telah dites positif untuk antibodi terhadap Covid-19 bisa memiliki manfaat dalam kondisi tertentu.
Baca juga: Trump Luncurkan Panduan Membuka Amerika Kembali di Tengah Wabah Covid-19
Turki memberlakukan lockdown secara khusus hanya di akhir pekan, serta jam malam selama 48 jam yang memengaruhi tiga perempat populasi di 31 provinsi.
Sepanjang minggu ini, anjuran tinggal di rumah di Turki hanya berlaku untuk orang-orang yang berusia di bawah 20 tahun atau lebih dari 65 tahun.
Sementara, setiap orang yang berusia 20 - 65 tahun diizinkan keluar, meski banyak usaha kecil tutup, restoran hanya melayani pengiriman atau pengambilan pesanan, tempat umum tidak beroperasi, dan jam buka bank terbatas.
Kawasan Navajo di Arizona, tempat reservasi suku Indian terbesar di AS juga memberlakukan lockdown akhir pekan yang ketat dan melarang para anggota tidak dapat meninggalkan rumah mereka.
Lalu di Libya, masyarakat hanya diizinkan berada di luar rumah antara pukul 07.00-12.00, dan toko-toko hanya dibuka pada jam tersebut.
Batasan usia tertentu
Membatasi pergerakan berdasarkan usia juga diterapkan oleh pemerintah Swedia. Mereka yang berusia 70 tahun ke atas diminta tinggal di rumah.
Awal bulan ini, para peneliti dari Warwick University di Inggris mengusulkan orang berusia 20-30 tahun yang tidak tinggal bersama orang tua harus menjadi prioritas untuk dilepaskan dari lockdown.
Baca juga: Angka Kematian Meningkat, Swedia Tetap Tenang dan Terapkan Lockdown Skala Rendah
Lockdown berdasarkan jenis kelamin
Presiden Peru, Martin Vizcarra, mengumumkan pada 2 April lalu, negara itu mengadopsi kebijakan karantina berbasis jenis kelamin karena kemudahannya dalam mendeteksi secara visual siapa yang boleh berada di luar rumah dan yang tidak.
Pada hari Senin, Rabu, dan Jumat, hanya pria yang bisa berada di luar rumah. Sedangkan hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, wanita yang diizinkan keluar rumah.
Panama telah melakukan lockdown berdasarkan jenis kelamin sejak 1 April, dengan alasan tindakan itu mendorong orang tinggal di rumah karena orang yang mereka cintai tidak diizinkan berada di luar.
Beberapa kota di Kolombia, termasuk ibukota Bogota, juga hanya mengizinkan pria dan wanita meninggalkan rumah pada hari-hari tertentu.
Lockdown berdasarkan kartu tanda penduduk
Beberapa wilayah di Kolombia telah menerapkan langkah-langkah tambahan. Kota-kota termasuk Cali dan Medellin hanya mengizinkan warga meninggalkan rumah mereka pada waktu-waktu tertentu, tergantung pada nomor kartu tanda penduduk mereka.
Namun, aturan ini tidak berlaku bagi orang-orang yang bekerja di sektor esensial.
Baca juga: 2,3 Juta Orang Terinfeksi, Ini Kabar Terbaru soal Pengembangan Vaksin dan Obat Covid-19
Memantau pergerakan warga dengan drone
Sejumlah negara telah menggunakan pesawat tanpa awak (drone) untuk memantau warga saat karantina wilayah. Antara lain Inggris, Italia, Australia, China, dan Kuwait.
Tidak lama setelah Inggris mengumumkan langkah pembatasan pada akhir Maret, satu polisi mengunggah video rekaman drone yang menunjukkan orang-orang berjalan melalui Taman Nasional Peak District Derbyshire.
Hal itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang langkah berlebihan yang dilakukan oleh pihak berwenang.
Di bulan April, perusahaan drone komersial, Draganfly, bermitra dengan Departemen Pertahanan Australia dan University of South Australia untuk mengerahkan "drone pandemi".
Drone ini akan memantau suhu, jantung dan laju pernapasan, serta mendeteksi orang-orang yang bersin dan batuk dalam kerumunan.
Negara seperti China dan Kuwait telah menggunakan talking drone untuk memerintahkan orang agar kembali ke rumah.
Baca juga: Belajar dari Para Kartini Dunia dalam Menangani Covid-19
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.