KOMPAS.com - Restoran dan gerai kopi favorit Anda mungkin telah buka kembali, namun bukan berarti kita siap secara mental untuk ke luar rumah dan makan bersama teman. Kecemasan seperti ini ternyata banyak dialami.
Kecemasan untuk kembali ke kehidupan seperti sedia kala sering dialami setelah gangguan dramatis pada kehidupan sehari-hari.
"Kapan saja kita mengalami perubahan atau trauma yang signifikan, dapat memicu kecemasan untuk kembali," kata Brittany LeMonda, PhD, pakar neuropsikologi di Northwell Health.
Setelah perubahan besar tersebut, tidak realistis menganggap kita dapat kembali ke kehidupan sosial dengan mudah seperti dulu.
Bahkan, orang yang selama karantina mengaku tertekan pun sebenarnya merasa bebas dari tekanan sosial karena tak perlu bertemu banyak orang.
Baca juga: Masa Karantina Mengubah Kehidupan Seks
Tanpa agenda kumpul-kumpul, pesta, arisan, atau traveling, selama pandemi, kita punya banyak waktu untuk merenungkan apa dan siapa yang paling kita pedulikan dalam hidup.
"Selama ini kita menghabiskan waktu untuk hal-hal yang mungkin tidak sepenuhnya memberi kesenangan," ujar dia.
Pandemi Covid-19 mengharuskan kita tetap di rumah dan membuat tekanan untuk mengikuti citra atau "standar hidup" dari lingkungan jadi berkurang.
Karena mengetahui setiap orang tinggal di rumah, kita tidak gelisah karena merasa tertinggal akibat tidak mengikuti acara tertentu.
Bagaimana pun interaksi sosial dan sejumlah undangan membuat kita harus berdandan agar terlihat menarik.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.