Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak yang Kegemukan Lebih Cepat Pubertas, Mitos atau Fakta?

Kompas.com - 02/07/2020, 23:45 WIB
Bestari Kumala Dewi

Editor

KOMPAS.com - Obesitas pada masa kanak-kanak merupakan masalah yang terus tumbuh dan harus diwaspadai.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan obesitas pada masa kanak-kanak sebagai salah satu tantangan kesehatan masyarakat paling serius di abad ke-21, karena meningkatnya prevalensi pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Obesitas selama ini telah dikaitkan dengan beberapa komplikasi metabolik dan kardiovaskular jangka pendek dan jangka panjang, termasuk gangguan metabolisme glukosa, hipertensi, dislipidemia, penyakit hati berlemak, dan peradangan sistemik tingkat rendah.

Baca juga: Apa yang Menyebabkan Anak Gemuk dan Bagaimana Mencegahnya?

Yang membuatnya lebih berbahaya adalah berbagai komplikasi tersebut tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak terdiagnosis pada tahap awal.

Selain peningkatan risiko kardio-metabolik, ada juga bukti yang menunjukkan bahwa obesitas pada masa kanak-kanak dapat memengaruhi pola pertumbuhan dan pubertas.

Seperti yang dikatakan ahli gizi Ardy Brian Lazuardi, anak-anak yang kegemukan cenderung lebih cepat mengalami pubertas, karena jumlah hormon dalam tubuhnya lebih tinggi.

“Pada anak-anak yang kegemukan, kelebihan lemak dalam tubuhnya akan mengganggu produksi hormon di dalam tubuh, karena otomatis bahan bakunya terlalu banyak. Sehingga, laju kecepatan mencapai pubertasnya juga lebih cepat,” ujar Ardy dalam acara Nutriclass Health and Nutrition Webinar beberapa waktu lalu.

Baca juga: Cara Sehat Membantu Anak Gemuk Mengurangi Berat Badan

Ardy menambahkan, efek kegemukan pada anak bukan hanya mengalami pubertas lebih cepat, tapi juga saat mengalami pubertas, anak berisiko mengalami gangguan kesehatan. Misalnya pada anak perempuan berisiko mengalami gangguan menstruasi.

“Kegemukan ini juga punya dampak jangka panjang. Jadi, ada yang disebut early life programming, di mana kondisi masa kecil memengaruhi kondisi masa dewasa.”

“Misalnya masa kecilnya kegemukan, masa kecilnya asupan nutrisinya tidak tepat, masa kecilnya mengalami stres yang tinggi. Ternyata ini berkolerasi pada kondisi mereka saat dewasa yang tidak sehat,” lanjut Ardy yang bergelar Master of Science in Nutrition and Health dari Wageningen University, Belanda,

Belum lagi, anak-anak yang gemuk, ketika dewasa berisiko terkena diabetes, hipertensi dan obesitas. Karena itu, Ardy menyarankan para orangtua untuk menjaga berat badan anak tetap ideal dan memnuhi kebutuhan nutrisinya.

“Memang anak kecil yang gemuk terlihat menggemaskan, tapi dari sisi kesehatan lebih baik menjaga berat badan anak tetap ideal, tidak gemuk, tidak kurus,” pungkas Ardy.

Baca juga: Obesitas Vs Pubertas pada Anak Perempuan, Apa yang Perlu Kita Tahu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com