Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/07/2020, 13:56 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Banyak orang menganggap sakit Gerd adalah maag, atau sebaliknya. Padahal keduanya tidak sama walau dua-duanya merupakan gangguan lambung.

Ketika merasakan gejala mual, muntah, dan nyeri pada lambung, biasanya orang menganggapnya sebagai maag atau gastritis. Padahal, gangguan lambung ada bermacam-macam.

Apa itu Gerd dan Maag?

Gastroesophageal Reflux Disease (Gerd) adalah suatu kondisi naiknya asam lambung ke kerongkongan. Hal ini disebabkan akibat katup di sistem pencernaan yang tidak berfungsi optimal.

Seseorang dapat dinyatakan menderita Gerd bila terjadi kenaikan asam lambung ringan sekitar dua kali seminggu atau setidaknya sekali dalam seminggu.

Berbeda dengan Gerd, maag atau dalam istilah medisnya disebut gastritis, terjadi ketika lapisan pelindung yang ada di lambung meradang atau membengkak. Peradangan ini biasanya terjadi akibat infeksi bakteri yang menyebabkan sebagian besar luka di lambung.

Jika kamu merasakan nyeri di ulu hati, bisa saja kamu mengalami salah satu gangguan lambung, seperti Gerd, maag, maupun masalah pencernaan lainnya. Namun tak jarang, Gerd dan maag terjadi di saat bersamaan.

Baca juga: Bagi Penderita GERD Waspadai 6 Ciri Asam Lambung Naik

Gerd dan Maag dapat dibedakan dari beberapa faktor berikut:

1. Anatomi

Secara anatomi, maag berhubungan dengan iritasi yang terjadi pada dinding lambung sedangkan Gerd dipicu oleh terganggunya fungsi suatu otot di kerongkongan yang dinamakan sfingter esofagus.

Sfingter adalah otot katup yang berfungsi menutup jalur atau bukaan pada tubuh. Sfingter esofagus memungkinkan makanan masuk ke lambung dan membantu menjaga agar makanan tidak kembali ke kerongkongan.

Ketika sfingter mengalami iritasi, katup sfingter pun bisa rusak atau melemah. Jika sudah begitu, cairan pencernaan dan isi perut yang harusnya tertahan naik kembali ke kerongkongan dan Gerd pun terjadi.

2. Penyebab

Penyebab maag bisa bermacam-macam. Misalnya, memiliki lapisan lambung yang tipis atau rusak dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena gastritis atau maag. Ketika lapisan lambung terlalu lemah, enzim pencernaan bisa saja merusaknya. Kondisi inilah yang akan menyebabkan gastritis.

Penyebab lain gastritis adalah infeksi bakteri gastrointestinal, seperti bakteri Helicobacter pylori. Infeksi ini biasanya ditularkan dari orang ke orang, namun penularan dapat pula terjadi melalui makanan atau air yang telah terkontaminasi.

Pada Gerd, kondisi ini disebabkan saat seseorang memiliki hiatus hernia, yaitu adanya bagian lambung yang menonjol masuk ke esofagus. Atau jika seseorang memiliki sfingter esofagus yang pendek (panjangnya kurang dari 3 cm) kerap menjadi penyebab Gerd.

Selain itu, faktor-faktor berikut juga dapat memicu terjadinya iritasi pada sfingter, di antaranya:

  • Makanan, seperti cokelat, makanan berlemak, pedas, buah atau jus yang dengan keasaman yang tinggi
  • Minuman, seperti kopi dan soda
  • Rokok
  • Alkohol
  • Obat-obatan golongan tertentu seperti antikolinergik, beta-adrenergik, nitrat, calcium-channel blocker
  • Hormon

Baca juga: Makanan Penyebab Asam Lambung yang Harus Dihindari

3. Gejala

Perbedaan Gerd dan maag juga dapat dilihat dari gejalanya. Gastritis tidak menyebabkan gejala yang jelas pada semua orang. Namun, gangguan pada sistem pencernaan umumnya menjadi gejala maag yang paling sering, seperti:

  • Mual
  • Muntah
  • Perasaan begah di perut bagian atas, terutama setelah makan
  • Gangguan pencernaan
  • Sakit perut dan perut kembung
  • Kehilangan selera makan
  • Muntah darah atau muntah berwarna hitam seperti biji kopi
  • Tinja berwarna hitam

Sementara itu, tanda dan gejala umum Gerd muncul dalam bentuk yang berbeda dari maag, di antaranya adalah:

  • Sensasi terbakar di dada (heartburn), biasanya setelah makan yang mungkin memburuk di malam hari
  • Sakit dada
  • Kesulitan menelan
  • Makanan atau cairan asam naik ke kerongkongan (regurgitasi)
  • Sensasi seperti ada benjolan atau yang mengganjal di tenggorokan

Jika kamu memiliki refluks asam malam hari, kamu mungkin juga mengalami:

  • Batuk kronis
  • Radang tenggorokan
  • Sesak napas seperti asma
  • Tidur terganggu

Baca juga: Memahami Perbedaan Heartburn, Refluks Asam Lambung, dan GERD

4. Pengobatan

Pengobatan maag dan Gerd memiliki prinsip yang berbeda. Pada gastritis, pengobatan yang diberikan tergantung penyebabnya, sedangkan pada Gerd berfokus pada peningkatan fungsi sfingter esofagus.

Pengobatan untuk mengatasi maag atau gastritis meliputi:

  • Jika gastritis disebabkan oleh konsumsi obat anti inflamasi non-steroid atau alkohol, maka sebaiknya hentikan penggunaannya
  • Obat antibiotik kerap diberikan jika maag disebabkan oleh bakteri H. pylori. Antibiotik yang diberikan dapat berupa kombinasi dari klaritromisin dan amoksisilin atau metronidazole
  • Obat yang menghambat produksi asam dan meningkatkan proses penyembuhan, seperti omeprazole, lansoprazole, rabeprazole, esomeprazole, dexlansoprazole, dan pantoprazole
  • Obat-obatan untuk mengurangi produksi asam, seperti obat penghambat asam yang meliputi ranitidine, famotidine, cimetidine, dan nizatidine
  • Antasida yang bisa menetralkan asam lambung

Pengobatan untuk mengatasi Gerd meliputi:

  • Penghambat pompa proton (PPI), yaitu obat golongan penekan sekresi (produksi) asam yang kuat dengan masa terapi lama. Setelah berhasil, dapat dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan dengan menggunakan dosis yang lebih rendah seperti antagonis reseptor H2, prokinetik, atau bahkan antasida.
  • Antasida, sebagai penetral (buffer) terhadap asam klorida (HCl) sehingga dapat memperkuat tekanan sfingter esofagus bagian bawah
  • Obat-obatan prokinetik
  • Operasi

Baca juga: 5 Cara Menurunkan Asam Lambung: Tanpa Obat, Hanya Perlu Niat!

Pencegahan Gerd dan maag

Baik Gerd maupun maag keduanya dapat dicegah dengan memelihara pola hidup sehat dengan menerapkan beberapa hal berikut:

  • Hindari mengonsumsi jangka panjang dari zat-zat yang dapat mengiritasi perut. Contohnya, makanan yang dapat meningkatkan keasaman lambung, makanan berlemak, makanan yang memengaruhi peristaltik seperti kol dan brokoli, obat-obatan OAINS (aspirin, ibuprofen) maupun alkohol
  • Makan dengan tertib, jangan makan dalam porsi besar dan terburu-buru, serta hindari berbaring setelah makan
  • Hindari merokok
  • Menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan

Dengan mengenali perbedaan Gerd dan maag, kita dapat memilih pengobatan yang paling tepat jika hal tersebut terjadi pada kita.

Selalu waspadai tanda-tanda terjadinya gejala yang membahayakan dari maag maupun Gerd. Jika kamu mengalami nyeri ulu hati yang menyebar ke bagian lain di tubuh hingga terasa sesak nafas, segera periksakan ke dokter terdekat.

Baca juga: Kenali Beragam Ciri Penyakit Maag dan Cara Mengatasinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com