Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/08/2020, 17:25 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Pornografi bisa hadir melalui berbagai media, mulai dari teks, gambar, suara, hingga video.

Sayangnya, seemakin berkembangnya teknologi dan akses internet semakin membuat anak terpapar konten pornografi di usia yang lebih muda.

"Tentu itu berbahaya. Banyak berita kejahatan seksual yang awalnya karena terpapar konten pornografi."

Baca juga: Seks Bebas pada Generasi Zilenial Jadi Sorotan Istri Ridwan Kamil

Demikian diungkapkan oleh Ketua Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A(K) dalam Instagram Live bersama IDAI, Selasa (18/8/2020).

Itulah mengapa peran orangtua menjadi sangat penting ketika membicarakan edukasi seks. Sebab, lebih baik anak mengetahuinya dari orangtua sendiri ketimbang dari sumber yang salah, seperti situs pornografi.

Meskipun, sebagian masyarakat masih salah memahami dan menganggap edukasi seks adalah edukasi tentang bagaimana berhubungan intim.

"Sex education bukan bagaimana melakukan seks, tapi bagaimana mereka paham tentang fungsi-fungsi organ seksual mereka, kapan mempertanggungjawabkannya dan bagaimana mereka bertanggungjawab menggunakannya," katanya.

Lalu, bagaimana memulai edukasi seks kepada anak agar sesuai usianya?

Pendidikan seks bisa diawali dengan mengenalkan alat kelamin dan fungsinya kepada anak. Di usia 16-18 bulan, orangtua dianjurkan untuk mengenalkan alat kelamin kepada anak sebagai salah satu anggota tubuh.

Di usia 2-3 tahun anak bisa mulai dikenalkan dengan gender laki-laki dan perempuan, dan bagaimana keduanya memiliki perbedaan.

"Kasih tahu (kalau anak perempuan) itu namanya vagina, kalau laki-laki penis. Itu enggak boleh dipegang dan dilihat sembarang orang dan itu penanda kamu perempuan atau laki-laki," ungkapnya.

Baca juga: Selain HIV, Ini Penyakit akibat Hubungan Seks Tak Aman

Sedangkan setelah memasuki usia sekolah, beberapa anak mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis, misalnya tentang mengapa ada bayi di perut ibu.

Jelaskan dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami anak.

"Dari situ bisa mulai di edukasi seks, sedini itu. Tapi kalau tidak ada pertanyaan kritis ke arah sana, kita bisa kenalkan di usia pubertas," ucap dr. Eva.

Di usia remaja, anak mulai lebih bebas mengakses internet. Sebagian anak mulai bisa mengakses konten pornografi.

Meski di usia remaja sebetulnya anak sudah boleh menyaksikan tayangan pornografi, itu tetap harus dilakukan dalam batasan yang wajar, serta hanya jika sudah memiliki bekal edukasi seks yang cukup.

"Jadi di usia remaja pun masih banyak batasan dan peringatan, serta perlu banyak panduan bagi mereka untuk mencegah terpapar konten pornografi," ujarnya.

Baca juga: Pornografi Bisa Membuat Pria Tak Lagi Tertarik Seks

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com