KOMPAS.com - Selama pandemi durasi kita mengakses media sosial bertambah daripada sebelumnya. Alasan utamanya adalah agar bisa terkoneksi dengan teman dann keluarga yang berjauhan, hingga mengisi waktu luang.
Namun, pada batas mana aktivitas media sosial kita sudah dikatakan tidak sehat dan kita perlu melakukan detoks?
Psikoterapis utama di The Dawn Wellness Center dan Rehabilitasi di Chiang Mai, Thailand, Alan Wood menjelaskannya.
Tempat ia bekerja menawarkan sebuah program untuk mengobati siapa pun yang berjuang melawan kecanduan, termasuk kecanduan internet.
Menurutnya, banyak orang mungkin menggunakan media sosial seperti obat dopamin yang bisa memperbaiki suasana hati.
Baca juga: Pamer Kemesraan di Media Sosial, Tanda Kebahagiaan?
Seperti kebiasaan tidak sehat lainnya, kita seharusnya bisa mengenali apakah aktivitas yang kita lakukan bermasalah.
Wood menyarankan Anda untuk mengevaluasi diri, apakah kebiasaan akses media sosial yang dolakukan tidak lagi positif atau menyenangkan, dan apakah Anda merasa kehidupan menjadi tidak seimbang, obsesif-kompulsif dan area hidup lainnya terganggu?
Kita bisa melakukan evaluasi ini dengan menulis jurnal sehingga semua terlihat jelas apakah berdampak baik atau buruk.
Jika diketahui media sosial memengaruhi hubungan, tidur, kesehatan, kehidupan profesional, atau keuangan, misalnya, maka media sosial mungkin sudah menjadi kebiasaan yang tidak sehat bagi Anda.
Baca juga: Simak, Panduan Mengatasi Kecanduan Media Sosial
Perlu dibatasi
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.