KOMPAS.com – Indonesia sudah mengenal batik sejak lama. Bahkan batik menjadi warisan leluhur yang hingga kini terus dijaga.
Teknik yang digunakan dalam pembuatannya pun beragam. Namun, umumnya batik dibuat menggunakan canting dan malam.
Di samping itu, ada pula yang disebut teknik batik dingin. “Teknik ini diperkenalkan Niken Apriani.”
Baca juga: Bertahan pada Era Pandemi, Elizabeth Hadirkan Tas Batik Kekinian
Demikian kata Dosen Program Studi Desain Produk Universitas Agung Podomoro, Dina Lestari saat dihubungi Selasa (1/9/2020) kemarin.
Dina menjelaskan, batik umumnya dikenal sebagai teknik membuat ragam hias di atas kain dengan menutup pori-pori kain menggunakan perintang malam atau lilin panas.
Namun, batik dingin berbeda. Sebab teknik ini menggunakan bubur biji asam tamarin sebagai pengganti lilin panas untuk merintangi kain.
“Tidak ada proses pemanasan dan tidak perlu menggunakan canting, namun hasilnya menyerupai batik pada umumnya,” tutur Dina.
Baca juga: Secret Key Luncurkan Edisi Spesial Batik Khusus untuk Wanita Indonesia
Teknik ini menjadi salah satu yang digunakan Dina dalam karya terbarunya. Karya-karya tersebut dipajang dalam pameran tunggal virtual bertajuk “Retrospection”.
Dalam pameran ini, Dina menampilkan karyanya selama 10 tahun terakhir. Karya tersebut bisa disebut retrospeksi dari perkembangan dan perjalanan berkaryanya.
“Seni adalah bahasa universal, setiap orang memiliki pendapat dan gagasannya sendiri tentang apa itu seni,” ucap dia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.