Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/09/2020, 07:35 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Sejak masa awal pandemi Covid-19 merebak, salah satu perdebatan yang kerap muncul adalah kemungkinan virus corona menyebar lewat udara atau tidak.

Dalam laporan resmi yang diunggah pada awal Juli lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan virus corona memang bisa menyebar melalui udara.

Namun, masih banyak pihak yang meragukan kesimpulan tersebut.

Nah, belum lama ini, laporan WHO yang menyatakan kemungkinan penyebaran virus corona lewat udara juga didukung oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.

Di situs resminya, CDC menyebutkan virus corona dapat menyebar melalui tetesan liur (droplet) atau partikel kecil yang diproduksi seseorang saat bernapas.

-------------

Update: CDC Hapus Penyebaran Covid-19 di Udara dari Panduan, Sebut Salah Unggah

Update: Diralat, CDC Tarik Pernyataan yang Sebut Covid-19 Menular Lewat Udara

-------------

"Virus di udara, termasuk Covid-19 paling menular dan mudah menyebar," demikian penjelasan dalam situs CDC.

Sebelum panduan itu diperbarui, CDC menyatakan, Covid-19 diperkirakan menyebar saat seseorang berada dalam jarak dekat dengan orang lain, sekitar dua meter.

CDC juga menyebutkan, Covid-19 bisa menyebar lewat tetesan pernapasan saat seseorang yang terinfeksi virus berbicara dan mengalami batuk atau bersin.

Penjelasan di laman tersebut diperbarui pada Jumat (18/9/2020).

"Covid-19 menyebar lewat tetesan pernapasan atau partikel kecil seperti aerosol yang dihasilkan saat seseorang yang terinfeksi virus batuk, bersin, bernyanyi, berbicara, atau bernapas."

Partikel tersebut dapat memicu infeksi ketika terhirup oleh hidung, mulut, saluran udara, dan paru-paru.

"Ini dianggap sebagai cara utama penyebaran virus," demikian penjelasan yang tertulis.

Laman CDC pun menambahkan, ada bukti tetesan pernapasan dan partikel bisa bertahan di udara dan terhirup orang lain, serta menyebar lebih dari jarak dua meter.

Baca juga: 7 Gejala Baru Infeksi Covid-19 yang Mengejutkan

"Secara umum, ruangan tertutup tanpa ventilasi yang baik meningkatkan risiko ini."

Dengan penjelasan itu, CDC lalu memperbarui pedoman untuk melindungi diri dan orang lain.

Sebelumnya, mereka menyarankan setiap orang agar menjaga jarak fisik sekitar dua meter, mencuci tangan, rutin membersihkan, dan mendisinfeksi permukaan, serta menggunakan masker saat berada di sekitar orang lain.

Saat ini, pembaruan pedoman menyebutkan agar setiap orang menjaga jarak setidaknya dua meter dari orang lain apabila memungkinkan. 

Lalu, meminta orang untuk memakai masker serta membersihkan dan mendisinfeksi permukaan.

Di samping itu, CDC menambahkan, seseorang harus mengisolasi diri di rumah saat terkena virus, dan menggunakan pembersih udara untuk mengurangi kuman yang ada di dalam ruangan.

Pembaruan pedoman ini mengubah istilah "sebagian orang tanpa gejala 'kemungkinan' bisa menyebarkan virus" menjadi "orang yang terinfeksi, tetapi tidak menunjukkan gejala, 'bisa' menyebarkan virus ke orang lain."

Dalil penyebaran Covid-19 lewat udara pun didukung para ahli.

Para ilmuwan mencatat kemungkinan penularan virus corona melalui partikel virus di udara.

April lalu, panel ilmiah--kumpulan ahli yang mewakili suatu masalah--menuliskan surat ke Gedung Putih berisi temuan terkait virus corona.

Baca juga: Ketahuilah, Faktor-faktor yang Menambah Parahnya Infeksi Covid-19

Di sana disebutkan, Covid-19 bukan hanya menyebar dari bersin atau batuk, melainkan juga berbicara dan bernapas.

"Penelitian spesifik untuk virus corona saat ini terbatas, tetapi hasil penelitian yang ada konsisten menyebutkan penyebaran virus berasal dari pernapasan."

Begitu bunyi surat yang ditulis Dr Harvey Fineberg--mantan dekan Harvard School of Public Health, sekaligus Chair of NAS Standing Committee on Emerging Infectious Diseases and 21st Century Health Threats.

"Saat ini penelitian yang ada mendukung kemungkinan virus corona dapat menyebar melalui bioaerosol yang dihasilkan dari pernapasan pasien," demikian bunyi surat tersebut.

Pada bulan Juli, sebanyak 239 ilmuwan menerbitkan surat untuk WHO dan organisasi kesehatan lainnya.

Para ilmuwan mendesak agar WHO dan organisasi kesehatan lain di dunia lebih terbuka tentang kemungkinan orang tertular virus dari tetesan pernapasan yang ada di udara.

"Panduan dari berbagai lembaga internasional dan nasional berfokus pada mencuci tangan, menjaga jarak, dan pencegahan droplet," tulis para ilmuwan.

Surat itu diterbitkan ke dalam jurnal Clinical Infectious Diseases.

Mereka juga menilai, sebagian besar organisasi kesehatan, termasuk WHO, tidak mengakui penularan virus lewat udara, selain pusat kesehatan yang menjalani prosedur untuk menghasilkan aerosol.

"Mencuci tangan dan menjaga jarak memang tepat, tetapi menurut pandangan kami, hal itu tidak benar-benar memberikan perlindungan dari tetesan kecil yang dilepaskan ke udara oleh orang yang terinfeksi virus."

Setelah surat itu terbit, WHO merilis laporan yang merinci bagaimana virus corona dapat menular dari satu orang ke orang lain.

Baca juga: Membedakan Gejala Pilek, Flu dan Covid-19

Penularan itu termasuk melalui udara saat prosedur medis tertentu dan kemungkinan melalui udara di dalam ruangan.

Salah satu penulis surat, Donald Milton, profesor kesehatan lingkungan di University of Maryland yang mempelajari proses penularan virus, mengatakan, pedoman CDC adalah kemajuan besar.

"Saya tergerak melihat CDC memperhatikan dan bergerak dengan sains. Buktinya semakin banyak," tulis Milton dalam e-mail-nya kepada CNN.

Milton menyinggung temuan studi pracetak yang dirilis pada Agustus lalu sebagai informasi tambahan penting untuk virus corona yang berasal dari partikel aerosol yang menyebar lebih dari jarak dua meter.

"Sudah saatnya WHO mengakui kemajuan sains," kata Milton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com