Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/10/2020, 14:20 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

Sumber Healthline

Pada sleep apnea, pernapasan berulang kali berhenti atau sangat dangkal, lalu mulai lagi.

Sementara pada sindrom kaki gelisah, kakimu terasa tidak nyaman sehingga memicumu untuk ingin menggerakkannya.

Kedua kondisi tersebut dapat mengganggu tidur malam, yang kemudian menyebabkan kantuk di siang hari.

7. Pola makan
Hubungan antara diet dan tidur agak rumit.

Dalam sebuah studi tahun 2019, para peneliti mengamati kantuk dan pola makan siang hari yang berlebihan.

Mereka menemukan bahwa mengganti 5 persen asupan kalori harian seseorang dari protein dengan jumlah yang sama dari lemak jenuh atau karbohidrat meningkatkan risiko kantuk di siang hari.

Di sisi lain, mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh, protein, atau karbohidrat mengurangi risiko kantuk yang berlebihan di siang hari.

Mereka menyimpulkan bahwa perubahan pola makan dapat membantu seseorang mengatasi gangguan tidur.

Sebuah tinjauan tahun 2016 menemukan bahwa pola makan tinggi lemak dikaitkan dengan kurangnya tidur REM, lebih banyak tidur nyenyak, dan mwningkatkan gairah tidur.

Sementara asupan karbohidrat tinggi dikaitkan dengan lebih banyak tidur REM, kurangnya tidur nyenyak, dan tertidur lebih cepat.

Namun, penulis studi tersebut mengatakan lebih banyak penelitian diperlukan untuk menentukan apakah salah satu pola makan mendorong atau mengganggu tidur malam dan energi siang hari.

Pada intinya, jika kamu lelah tetapi tidak bisa tidur, itu mungkin pertanda ritme sirkadian yang tidak aktif.

Namun, kelelahan sepanjang hari dan terjaga di malam hari juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor di atas.

Jika kelelahan tersebut terjadi berkepanjangan namun kamu tetap merasa sulit tidur, cobalah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan solusinya dan membantumu mendapatkan energi di siang hari.Baca juga: Jangan Sepelekan, Kelelahan Kronis Bisa Sebabkan Kematian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com